UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Rabu, 28 Februari 2018

Perbanyak Pahala dengan Silaturrahmi dan Khotmil Quran


Libur akhir pekan atau weekend kali ini berbeda suasana dibanding sebelumnya. Aktifitas mahasiswa yang pada umumnya bersantai, refreshing, nugas, bahkan bersih-bersih kamar. Sabtu ini (24/02) rupanya telah beralih pada kegiatan yang tak kalah pentingnya. Dipagi yang begitu cerah, Departemen Keagamaan KBMB menggelar khotmil Al-Quran di kediaman Dr. Hj. Mahmudah, M. Si (Pembina KBMB).

Mahasiswa dan mahasiswi yang merupakan anggota dari KBMB amat memadati ndalem bu Mamah yang cukup luas. Tidak hanya itu, bu Mamah Dosen sekaligus Dekan  Psikologi  itu juga mengundang para mahasiswa jurusannya untuk hadir di khotmil tersebut. Suasana khusyuk menyelimuti puluhan mahasiswa dan mahasiswi yang mengikuti khotmil.
Khotmil Quran yang berlangsung mulai pukul 09.30-10.38 WIB itu ditutup dengan mauidloh hasanah oleh Pak Jamal yang merupakan Dosen Psikologi. Tidak panjang kata, beliau berpesan “sebagai hamba Allah, sudah seharusnya kita menjaga Al-Quran dengan selalu mengingat dan mengamalkannya. Ibaratnya, ketika ada kertas yang bertuliskan ayat Al-Quran jatuh di tanah saja kita angkat untuk menghormatinya. Apalagi jika dalam hati kita selalu mengingat Al-Quran. Maka insyaallah Allah SWT akan mengangkat derajat kita pula”. (hid/fah)
Share:

Diskusi Sinergitas Agen Perubahan dalam Kerukunan Umat Beragama di Era Post Modern


      Departemen Intelektual Keluarga Besar Mahasiswa Bidikmisi/KBMB mengadakan kegiatan diskusi yang bertempat di gedung A lantai 1 sekitar pukul 18.15-selesai WIB (20/18). Diskusi ini menghadirkan narasumber yang sangat berpengalaman dibidang kegiatan sosial. Mereka saat ini menjadi anggota di salah satu komunitas sosial yang mempertemukan mereka dengan berbagai anggota-anggota lain yang sangat multikultural/berbeda-beda, yaitu komunitas Gusdurian Muda Malang.

       Narasumber pertama adalah Dyah Monika Sari (UIN Maliki Malang) dan narasumber kedua yaitu Mas Dito (Universitas Machung Malang). Monika telah mengikuti berbagai kegiatan sosial. Kegiatan yang sampai saat ini masih aktif ia ikuti adalah Garuda atau Gusdurian Muda Malang. Lewat kegiatan ini Monika menuturkan bahwa keberagaman itu indah bila toleransi juga ikut mengikatnya. Banyak kasus diskriminasi di ndonesia, contohnya pada jamaah Ahmadiyah yang tidak diberi KTP atau akan diberi KTP dengan syarat mengosongi kolom status agama mereka.

         Kemudian menurut Mas Dito menyikapi keberagaman itu dengan cara toleransi dan berfikiran bahwa jika di dalam suatu kelompok terdapat berbagai macam perbedaan, baik itu perbedaan agama; kebudayaan; etnis; ras; suku; dan lain-lain, sebenarnya itulah yang membuat keadaan semakin indah jika kita menyikapinya dengan toleransi. Dengan toleransi, maka jendela ilmu kita akan semakin terbuka lebar dengan berbagai pengetahuan yang kita dapat dari perbedaan-perbedaan yang ada. Sehingga kita akan hidup dalam lingkungan yang damai dan tenteram meskipun masyarakatnya yang multikultural. Via/fah

Share:

Rabu, 14 Februari 2018

Ekspedisi, Satu Langkah Untuk Mengabdi


Memasuki awal semester genap tahun ajaran 2017/2018, Departemen Intelektual KBMB (keluarga Besar mahasiswa Bidikmisi) UIN Malang kembali menggelar Focus Group Discussion (FGD). Lain dari biasanya, FGD yang dilaksanakan pada hari Selasa (13/2) ini menghadirkan 3 pemantik, antara lain Irna Anita Sari (PAI/15), Muhammad Akhyar (P.IPS/15), dan Farid Ulin Nuha(Sasing/15). Mereka adalah para pengembara intelektual yang telah berhasil menjadi salah satu kandidat dari event kepemudaan yang dibingkai dalam bentuk ekspedisi ke beberapa wilayah di Indonesia.


Dihadiri oleh peserta lintas jurusan dan angkatan. Ketiga pemantik diskusi, menyampaikan pengalaman mereka dengan tema Menebar Nilai dan Semangat Kepemudaan Dengan Ekspedisi”.

Farid, yang merupakan alumni dari program Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) DIY, menceritakan tentang seluk beluk ENJ, proses bagaimana ia terpilih, dan kesan selama menjalankan program. ENJ adalah sebuah program yang di helat oleh Kemenko Maritim RI untuk para pemuda Indonesia yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan juga pemuda pemuda yang bersedia untuk melakukan ekspedisi di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan terluar).  ENJ telah dimulai 3 tahun yang lalu dan telah menghasilkan 3 alumni. Farid sendiri merupakan alumni ke tiga ENJ 2017. Bawean menjadi tempat ekspedisi Farid dalam melakukan program kerja nya selama 10 hari. 
Hampir sama dengan Farid, Akhyar juga merupakan alumni ENJ 2017 regio Jawa Timur. Ekspedisi nya ber lokasi di Pulau Kangean, Sumenep, Madura. “ Sebenarnya, hal yang melatarbelakangi saya untuk mengikuti kegiatan ini adalah uang, seragam gratis, dan juga hiburan”.  Ucapnya di awal sesi.
Akhyar menambahkan, bahwa pengalamannya dalam ENJ Jatim 2017 telah meninggalkan kesan yang dalam dan mengharukan. Pasalnya, dengan ekspedisinya tersebut, ia mampu melihat sendiri betapa mirisnya kondisi pendidikan di daerah tertinggal seperti yang ia tempati saat itu. Kondisi sekolah dan kurangnya motivasi untuk belajar, maupun kondisi lingkungan sekitar yang turut memengaruhi gaya hidup masyarakatnya. Hal ini, bagi akhyar adalah sebuah gambaran realitas sosial yang menunjukkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap daerah 3T, terlebih dalam bidang pendidikan.
Sebagai hasil dari rasa prihatinnya tersebut, Akhyar dan kawa-kawan yang tergabung dalam kelompok Ekspedisi tersebut memberikan sumbangan buku gratis dan perpustakaan kecil yang terletak di sebelah masjid. Donasi ia dapatkan dari hasil iuran kelompok dari program tersebut. “Kondisi tersebut akhirnya membuat saya sadar, setidaknya program ini telah membukakan peluang bagi saya untuk mengabdi, bukan hanya imbalan berupa seragam gratis, uang atau hiburan. ENJ 2017 telah memberikan lebih dari itu semua.”  Ujar Akhyar di akhir sesi.
Lain ENJ, lain pula Lombok Youth Camp (LYC). Irna pun hadir dengan pengalamannya . Ia adalah alumni LYC 2017. LYC  adalah program perdamaian yang diadakan oleh Nusa Tenggara Centre. Setelah dinyatakan lolos seleksi, Ia dan 199 mahasiswa PTKAIN/S yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia pun hadir dan mengikuti acara yang dilaksanakan pada tanggal 21-24 Januari 2018 di Lombok dengan akomodasi dan biaya transport gratis dari pelaksana. Kegiatan yang dilakukan seperti Set Visit, Bakti sosial, Tanam Pohon, dan pentas seni nusantara.
Ia pun dibekali materi seputar Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin, Menjaga Nasionalisme, dan juga Mencegah terorisme. Irna mengaku senang, dengan adanya event ini, kontak pertemanannya pun bertambah. “Ya, siapa sih yang nggak pengen ketemu orang-orang dari seluruh Indonesia gitu. Bisa berbagi pengalaman dan belajar bersama itu adalah hal yang sudah cukup membuat saya senang, dan saya sendiri pun juga nggak nyangka bisa menjadi salah satu bagian dari acara ini”. Ujar Irna. 
Nampak peserta diskusi dengan antusias tinggi turut menyimak pengalaman dari para pemantik. Diskusi yang bertempat di Gedung B Lantai 1 sebelah selatan pun berakhir pada pukul 22.00 WIB. “ Sebenarnya, tujuan diadakannya diskusi macam ini adalah biar teman-teman semua tergerak untuk mengikuti acara-acara seperti ini juga. Selain untuk menambah pengalaman, acara seperti ini dapat membuka relasi baru bagi teman-teman semua”. Tambah Farid. 
 Bagi pemuda umumnya, revolusi berarti tantangan untuk mencari nilai-nilai baru”, demikian kata Soe Hok Gie dalam buku “Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan”. Ekspedisi yang pernah Farid, Akhyar, dan juga Irna ikuti adalah contoh bagimana para pemuda yang mencari nilai-nilai baru dalam perjalanannya. Belajar memahami realitas sosial yang ada untuk kemudian mencari naungan untuk mengabdi sesuai dengan bidang yang dimiliknya. Karena sejauh apapun kita mengembara, kita pasti akan kembali untuk mengabdi. Semoga dengan berbagi, ilmu dan pengalaman yang didapat, mampu memberikan manfaat bagi orang-orang sekitar dan siapapun yang menerimanya. (Nik)
Share:
recent

Recent Posts

Total Pengunjung

Kritik dn Saran

Nama

Email *

Pesan *