UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Tampilkan postingan dengan label Kisah Inspiratif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah Inspiratif. Tampilkan semua postingan

Senin, 13 September 2021

KISAHKU MENGINSPIRASIMU ( JANGAN MAU MIMPIMU DI KIKIS OLEH KEGAGALAN )


 

Anjani


Sebut saja namaku Anjani. Aku berasal dari sebuah daerah terpencil dan bersekolah di sebuah madrasah aliyah negeri di Jawa Timur. Saat aku duduk di bangku Aliyah, aku sudah bercita-cita ingin berkuliah. Namun, apalah daya , orang tua ku hanya lah seorang pencari kroto dan buruh tani. Akhirnya ketika aku duduk di bangku kelas 3 Aliyah semester 1, aku sudah mulai mencari informasi mengenai beasiswa-beasiswa di perguruan tinggi. Aku masih ingat, saat itu adalah bulan oktober dimana aku mengetahui adanya beasiswa OSC Medcom.id, yaitu sebuah beasiswa untuk berkuliah di 10 mitra perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia. Seperti Universitas Trisakti, Universitas 17 Agustus  dll. Saat itu, aku mendaftar beasiswa tersebut, dan memilih Universitas Trisakti sebagai tujuan kampus yang aku pilih. Namun, sayang sekali aku masih belum berhasil menjadi penerima beasiswa di kampus tersebut.

Kemudian aku mencari informasi beasiswa lagi, akhirnya aku menemukan beasiswa dari politeknik manufaktur Astra. Tidak piker panjang, aku langsung saja mendaftar beasiswa tersebut. Namun, sayangnya ketika seleksi dilakasanakan, aku malah jatuh sakit dan aku gagal untuk mengikuti beasiswa tersebut. Setelah itu, aku terus berusaha untuk mendaftar kuliah dengan beasiswa KIP kuliah.

Mulai dari jalur SNMPTN, kemudian PMDK-PN, SPAN-PTKIN, SBMPTN, SBMPN Politeknik, Mandiri Undip KIP kuliah, Mandiri Unnes Kip kuliah, Mandiri Upn Veteran Surabaya Kip K, SIMAK UI Kip K, dan akhirnya barulah aku ketrima di jalur yang ke 11, yakni UMPTKIN-KIP K dan diterima di Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan prodi Ilmu Al qur’an dan Tafsir.

Sebenarnya, aku sangat mengharap bisa masuk di jurusan tekhnik, akan tetapi saat itu jalur yang tersisa adalah jalur UMPTKIN, sehingga aku mengambil prodi ilmu al qur’an dan Tafsir. Dan Alhamdulillah di terima. Yang perlu kita ambil hikmahnya adalah tetap lah berusaha walaupun kita sering mendapatkan kegagalan, yakinlah aka nada satu waktu di mana kamu mendapatkan jalan keberhasilan, walaupun mungkin jalan terhadap keberhasilan tersebut bukanlah hal yang kamu harapkan. Karena manusia bisa berencana, tetapi Allah lah penentunya. Dan terkadang apa yang kita inginkan belumt tentu yang terbaik untuk kita.

Share:

Sengsaralah di Awal dan Bahagialah di Akhir

 


Hai, Assalamualaikum Wr. Wb. , Shalom, Om Swastyastu, Namo Buddaya, Salam Kebajikan untuk kita semua. Pertama-tama Marilah kita Panjatkan Puja – puji  Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang telah diberikannya, dan juga tidak lupa senantiasa terus berdoa agar diberi keselamatan dan senantiasa dalam Perlindungannya.

Perkenalkan Namaku Ramadhana Fatahillah Al Akbar. Bisa dipanggil Al / Rama. Zodiakku Sagitarius, dan kalian pasti tau kapan aku lahir dari Zodiak itu. Saat ini aku tinggal di Kabupaten Malang, tepatnya di Kecamatan Singosari, Kelurahan Pagentan. Hobiku ialah memikirkan segala sesuatu, atau merencanakan kemudian menyimulasinya. Tapi simulasiku hanya sebatas pemikiran saja, tidak perbuatan. Oh iya, Aku tinggal bersama Orang Tuaku dan 2 adikku. Adikku yang pertama saat ini kelas 9 SMPN, dan adikku yang kedua kelas 4 SDN. Sedangkan aku sendiri merupakan Mahasiswa Semester 3 jurusan Kimia di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Aku memiliki Bapak yang bekerja sebagai wiraswasta (serabutan) dan Ibu yang seorang Ibu Rumah Tangga. Bapak memiliki gaji yang tidak menentu, karena bekerja beberapa hari, namun dapat menganggur selama beberapa bulan. Gaji Bapak sekitar 1 Juta / Bulan yang dibagi 5 anggota keluarga. Bapak dulu kerja di Proyek, namun karena pernah Sakit Lambung yang parah, sehingga tidak ke proyek lagi. Sedangkan Ibu kadang-kadang berjualan dengan menitipkan dagangannya di Sekolah adik saya yang SDN. Namun, karena pandemi Covid-19 Ibu sudah tidak berjualan lagi. Selain itu, keluarga saya juga tidak termasuk dalam penerima KKS (Kartu Keluarga Sejahtera), tidak memiliki KIP (Kartu Indonesia Pintar), dan tidak pernah menerima Bansos apapun. Bahkan, malah dianggap mampu oleh Pemerintah.

Namun, saya terus berpikir bagaimana cara saya membuat keluarga saya memiliki Kehidupan yang berkecukupan, tidak serba kekurangan seperti saat ini. Bahkan untuk makan saja masih susah, apalagi untuk membayar SPP sekolah. Bahkan ijazah SMA saya dan ijazah SD adik saya yang SMP  juga belum bisa diambil.  Oleh karena itu, saya terus mengasah Soft Skill saya seperti kepemimpinan, kerja sama, berpikir kritis, menambah wawasan,  memperbanyak relasi, dan memperbanyak pengalaman melalui Webinar, Pelatihan, Organisasi, dan Volunteer. Tidak lupa saya juga mengikuti berbagai Perlombaan seperti Olimpiade (Akademis) dan Cipta Puisi (Non Akademis). Selain itu, juga belajar Bahasa Asing seperti B. Inggris, Jepang, Arab, Jerman, dll. Dan saya juga tidak lupa untuk belajar Mengaji di Pondok Pesantren yang dekat dengan rumah saya. Karena setinggi apapun ilmu, kemampuan, dan prestasi kita, jika tidak diimbangi dengan Ilmu Agama yang baik, dan Berdoa kepada Tuhan YME. Maka, semuanya akan tidak akan menjadi baik dan sesuai harapan kita.

Alhamdulillah sampai saat ini, berkat Doa Orang Tua dan Ridho dari Tuhan YME. saya mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman, diantaranya Mendapatkan Beasiswa dan sudah lulus dari Digital Talent Scholarship KOMINFO dalam Bidang Kelas Kuliner Gojek Indonesia. Selain itu, saya juga mendapatkan Medali Perunggu pada Olimpiade Kimia oleh POSI, dan menjadi salah satu penulis puisi yang sudah diterbitkan oleh Guepedia.

Saya memiliki tujuan dan impian, yaitu ingin seperti Jendral Besar Soedirman. Bukan karena beliau seorang Tentara, sehingga saya juga harus masuk Tentara. Namun, karena meskipun beliau sakit keras, beliau tetap mendampingi rakyat untuk Bergerilya melawan Penjajah.

Sehingga impian saya yaitu, Melalui Dunia Pendidikan saya akan Bergerilya ke Daerah 3T seperti Bapak Jendral Besar Soedirman  dan juga Mendirikan sekolah untuk anak-anak jalanan, pengemis, dan yang tidak memiliki ekonomi yang cukup agar dapat Memperoleh Pendidikan yang layak. sehingga saya dapat berkonstribusi pada Masyarakat, dan membantu Negara Indonesia untuk semakin Maju, mendidik dan melalui Generasi Muda agar dapat menjadi Pemimpin yang cerdas, berwibawa, dan amanah di Masa Depan.

Untuk meraih impian saya, saya memiliki beberapa strategi. Diantaranya, saya harus meraih Gelar S2 dan S3 predikat minimal Cumlaude di Luar Negeri dengan Beasiswa Penuh, baik dari Pemerintah / dari Kampus saya nantinya / dari Negara tempat saya menempuh S2 dan S3. Sementara itu, saya harus menempuh S1 dengan lulus minimal sebagai Cumlaude di Jurusan Kimia, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Selain itu, selama saya menjadi Mahasiswa S1, saya harus mengikuti berbagai Webinar, Pelatihan, Perlombaaan, Organisasi, dan Volunteer khususnya yang Free / Gratis, Baik dari Dalam Negeri / Luar Negeri. Untuk mendapatkan lebih banyak ilmu, mengasah pemikiran berkritis, menyatakan pendapat, dan bekerja sama dengan orang lain. Serta memperbanyak relasi. dan pengalaman. Dan tidak lupa mengasah kemampuan Bahasa Asing saya, khususnya B. Inggris, dan Jepang. Karena saya ingin melanjutkan S2 di Jepang, dan S3 di Eropa dengan Beasiswa Penuh.

Tapi kenapa saya bisa menjadi Mahasiswa dan Kuliah di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, padahal tidak memiliki Ijazah SMA?

karena saya mendaftar Beasiswa KIPK Angkatan saya lulus, yaitu 2020 dan Alhamdulillah saya lolos, sehingga saya dapat Menjadi Mahasiswa seperti sekarang. Namun, jika seandainya Tahun 2020 kemarin saya tidak lolos KIPK, saya tidak akan bisa Kuliah dan menjadi Mahasiswa seperti sekarang, karena tidak memiliki biaya. Sedangkan kedua adik saya tidak mendapatkan KIP (Kartu Indonesia Pintar). Dan kalaupun bekerja, saya tidak tau Bekerja apa dengan Ijazah SMPN.

Banyak sekali motto dalam hidup saya yang saya buat sendiri berdasarkan perjalanan hidup saya, namun yang mungkin bisa menginspirasi ialah

”Jangan Gengsi/Minder, Jangan Takut, Jangan Iri, Terhadap Apapun yang Orang Lain Miliki. Tetaplah Bermimpi dan Terus Berharap. Berdirilah Jika Jatuh, Berdiri Sendiri Tanpa Bantuan Orang Lain. Teruslah Berlari Sambil Menatap ke Depan”.


Singosari, 9 September 2021


Al


Share:

Mahasiswa Bidikmisi Mahasiswa Istimewa

 


Ludfiana Diah Pratiwi

            Semua orang pasti sudah tidak merasa asing dengan istilah Bidikmisi. Ya itu adalah sebuah istilah lembaga beasiswa yang dibawah kemendigbut atau yang biasa disebut kementrian pendidikan dan kebudayaan. Mahasiswa Bidikmisi itu buan hanya sekedar mahasiswa yang hanya nunggu cairan disetiap bulannya, mahasiswa yang kata orang diluar sana heddon dengan alasan uang jajannya nambah setiap bulan karena ada tambahan dari uang Bidikmisi, itu kata orang yang tidak tau aau emang iri dengan apa yang sudah kita dapatkan saat ini. Aku belajar untuk selalu mendengarkan perkataan orang yang mana perkataan itu bisa buat aku down dan sempat merasa “aku tidak pantas dan aku tidak mungkin bisa”. Semua orang pasti sering memiliki pemikiran yang seperti itu karena apa ya karena hampir semua orang memiliki pemikiran bahwa mahasiswa Bidik itu tidak punya masa depan, tidak bisa diandalkan dan satu lagi anggapan yang sering aku dengar adalah mahasiswa Bidikmisi itu tidak punya masa depan.

            Kata “Mahasiswa” untuk sebagian kalangan kata tersebut memiliki kriteria yang sudah melekat dari dulu, diantaranya pinter, bertalenta, kalo lulus pasti PNS, masa depan cerah, berwibawa dan juga berkompeten jika sudah masuk dunia keperjaan nantinya. Semua yang sudah disebutkan di sebelum ini semoga bisa menjadi doa sekaligus kenyataan.

            Mahasiswa Bidikmisi tidak hanya mahasiswa yang diberi kelebihan dalam hal materi yang dapat cair disetiap bulannya. Disisi lain mahasiswa Bidikmisi juga diberi tuntutan untuk selalu berusaha agar mempertahankan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yakni dengan raa-rata 3.00 semua mahasiswa Bidikmisi di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Mahasiswa Bidikmisi juga memiliki kesempatan yang sama seperti mahasiswa yang lain baik dalam sosia, fasilitas, sarana dan prasarana dalam kampus.

            Semua mahasiswa selalu punya impian yang harus diwujudkan demi masa depan yang lebih baik dan lebih cerah, baik untuk kehidupan dimasa depan nantinya. Tidak hanya mahasiswa yang memiliki kesmpatan untuk melukis masa depannya agar lebih indah, namuan anak muda yang mungkin belum bisa berkesempatan untuk duduk dan belajar dibangku perkuliahan. Mahasiswa Bidikmisi memiliki banyak impian sama halnya seperti mahasiswa lainnya namun untuk saya sendiri mimpi yang diprioritaskan untuk saat ini ada memepertahankan nilai IPK sampai akhir perkuliahan dengan gelar S.SI, Cumlaude dengan IPK yang tinggi.

Share:

Kamis, 02 September 2021

Kesederhanaan Membawa Mimpi Menjadi Nyata

 

Source : Lektur.id

Zulfah


Ketidakmampuan ekonomi bukanlah penghalang keberhasilan!’ mungkin itu kesan pertama yang muncul pada diri saya.  Sejak awal memasuki bangku sekolah menengah atas saya sudah bertekad untuk mengukir prestasi demi membuktikan kemampuan diri dan membahagiakan orang tua saya dan ingin melanjutkan di bangku perkuliahan di kampus sesuai yang di ingikan.  Menata segalanya kesiapan dari awal bukanlah hal yang mudah, Menjadi Finalis perlombaan di berbagai bidang pada saat di bangku sekolah meraih dengan lewat banyak tantangan dan hambatan yang tak jarang justru datang dari orang-orang terdekat. Namun, berkat niat dan usaha yang besar serta doa dari orang tuanya, saya berhasil mewujudkan mimpinya lewat apa yang saya capai sekarang. Jalur Bidikmisi pun turut menjadi salah satu faktor keberhasilannya. 

Kesulitan utama memang datang dari persoalan biaya. Uang menjadi tantangan nomor satu bagi saya. Di samping saya tidak memiliki sumber penghasilan pribadi serta penghasilan orang tua saya yang minim selain saya yang masih menjadi tanggungannya yaitu kakak serta adek saya yang masih bersekolah. Prestasi yang paling berkesan bagi saya yatu saya lolos dalam perlombaan dalam maple matematika yang diakan oleh kampus yang saya inginkan yaitu universitas uin maulana malik Ibrahim sendiri dengan mawakili dari sekolah saya. Serta, lomba kompetisi sain madrasah lolos ke tingkat provinsi. Banyak Amanah bagi diri saya Ketika di nyatakan lolos mendapatkan bidikmisi diantaranya jangan menganggap remeh ketika di beri amanah menerima dana Bidikmisi oleh negara, sehingga lupa dan terlena dengan kehidupan kampus. Jangan lupa bagaimana caranya membalas budi kepada negara yang telah selangkah memajukan mimpi kalian. jangan pernah takut untuk melangkah lebih jauh dan berbeda dibandingkan teman-teman kalian, tentunya dalam hal positif. Terkadang, keikutsertaan dalam berbagai lomba membuat di jauhi teman-teman karena dianggap sebagai sosok yang ambisius. Jangan sia siakan waktu kalian. Jangan melewatkan kesempatan kalian untuk menggapai cita-cita lewat jalur Bidikmisi karena di belakang sana masih banyak orang yang ingin berada di posisi kalian saat ini. Keempat, apapun yang kalian lakukan, niatkan itu dan mintalah doa dari orang tua kalian. Jangan pernah menyakiti orang tua kalian dengan kerinduan. Apabila perlu, pulanglah sejenak untuk berbagi cerita dan mengobati rasa rindu. Ingat, yang paling utama adalah memegang apa yang menjadi niat kalian sejak awal.

Goresan pena yang di tuliskan oleh anak-anak para pejuang Bidikmisi. Mereka yang seperti kertas kosong dalam sebuah buku tulis, namun ketika dibuka bukunya memiliki banyak kisah untuk ditorehkan. Sebagian mereka memiliki kisah pilu dan ada juga yang bahagia, tetapi kisah itu akan memiliki semangat juang 45 yang mereka kobarkan, berharap akhirnya akan menjadi bahagia untuk menggapai Impian. Mereka yang memiliki hambatan berkuliah, mereka yang punya harapan dan keinginan, mereka juga yang punya motivasi untuk menggapai asa mewujudkan impian. Terkadang terlalu lelah ketika dihadapi begitu banyak ujian, entah dari orang tua yang berjuang mencari uang untuk biaya pendidikan mereka, ada juga dari ketika orang tua tidak bersama lagi dan hanya dirinya saja yang berjuang mencari uang dengan berjualan, lalu ada juga mereka yang tak lagi ingin bermimpi tinggi ketika orang tuanya dinyatakan memiliki riwayat penyakit parah. Mereka ingin menangis, namun ketika memiliki sedikit harapan, mereka kembali bangkit untuk berjuang mendapatkan beasiswa agar impian mereka juga terwujud. 







Share:

Senin, 02 Agustus 2021

Kemauan yang kuat

sumber : wallpaper.id


Destina Fitria Sasmita

Hai… Aku Destina. Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Ayahku adalah seorang buruh tani, beliau bekerja meng garap lahan yang bukan milik sendiri. Pekerjaan ayahku bisa dibilang musiman, Kadang jika musim kemarau tidak ada yang menawarkan pekerjaan. Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga, terkadang juga mengisi kegiatannya dengan menjahit. Ayah dan ibuku tidak cukup kuat lagi karena mereka hampir kepala enam sehingga tidak bisa bekerja terlalu keras lagi. Kakak pertamaku sudah menikah dan sekarang tinggal bersama suami dan anak-anaknya. Sedangkan kakak kedua ku bekerja di Surabaya, dialah yang menjadi tulang punggung keluargaku saat ini. 

Aku tinggal di sebuah daerah di kaki gunung lawu. Masyarakat disini hidup dengan sederhana, termasuk dengan tingkat pendidikannya. Jarang sekali ada kaum muda yang melanjutkan ke tingkat perkuliahan, jika ada pun itu pasti dari keluarga yang berada. Kaum muda yang telah lulus pendidikannya di tingkat SMA, mereka tertuju pada dunia kerja. Pikir mereka jika sudah lulus SMA harus membantu orangtua dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan bekerja. Begitu juga yang terjadi pada keluargaku, kedua kakak ku lebih memilih tidak melanjutkan ke tingkat perkuliahan, bukan karena mereka tak ingin kuliah, namun keadaan yang memaksa semua ini.

Dari kecil aku selalu bersekolah di sekolah yang sederhana dengan biaya yang sangat terjangkau, bahkan tak jarang aku mendapat bantuan untuk biaya sekolahku. Dulu aku selalu bertanya-tanya pada diriku sendiri “apakah kelah aku bisa melanjutkan kuliah?”. Namun orang-orang disekitarku selalu mendukungku untuk kuliah, tapi tidak keluargaku. Yaa karena keterbatasan ekonomi yang kami hadapi.

Semasa sekolah aku selalu berusaha yang terbaik untuk meraik prestasi akademik. Berharap dengan ini aku bisa mewujudkan cita-citaku. Aku selalu bersaing dengan teman sekelasku dalam pelajaran. Aku sering mendapat juara kelas, aku berharap ini bisa jadi kebanggan tersendiri pada keluargaku. Pernah beberapa kali aku mengikuti perlombaan tapi selalu gagal.

Alhamdulillah pada saat bersekolah di tingkat SMA aku selalu mendapat kesempatan untuk tau lebih banyak tentang dunia perkuliahan dari guru-guru ku. Dan dari situ aku bertekad untuk berusaha masuk kuliah dengan tidak membebani orangtua ku. Bermula dari situ aku mulai diarahkan untuk bisa masuk di dunia perkuliahan dengan gratis.

Awalnya pada saat pendaftaran aku tidak bercerita kepada orangtua ku. Aku mengikuti semua ujian jalur masuk PTN, aku sangat berharap ada satu kesempatan yang membawaku masuk ke dunia perkuliahan. Aku masih sangat ingat, saat itu pengumuman diterima menjadi mahasiswa baru lebih dulu dibanding pengumuman penerima bidikmisi. Pada saat pengumuman diterima menjadi mahasiswa baru, aku memberanikan diri untuk memberitahukan pada ayahku. Saat itu ayahku kaget kemudian memberitahu semua anggota keluarga.

Malam itu rasanya dingin dan air mataku tumpah tak tertahankan lagi. Semua tidak setuju jika aku melanjutkan kuliah, hanya ibuku saja yang tidak menolak, entah ibuku setuju atau hanya ingin meringankan pikiranku. Kemudian dengan pembicaraan Panjang, malam itu juga diputuskan bahwa jika aku tidak menjadi penerima bidikmisi maka aku tidak boleh berkuliah. Saat itu hatiku sangat kecewa tapi apa boleh buat jika keadaan yang memaksa ini semua terjadi. Dari kejadian itu, aku mulai menata hati dan berusaha merelakan apapun yang terjadi. 

Sambil menunggu pengumuman penerimaan bidikmisi, aku memutuskan untuk mencari pekerjaan sementara agar memiliki kegiatan untuk mengisi waktuku, karena ketika itu aku sudah libur sekolah dan memiliki banyak waktu libur. Tak lama aku mendapat pekerjaan sebagai pramuniaga di sebuah toko yang lumayan besar dan tak jauh dari rumahku. Saat itu aku sudah pasrah apapun yang terjadi akan aku terima dan aku harus tetap melanjutkan jalan hidupku.

H-1 pengumuman penerima bidikmisi, malam itu aku tidak bisa tidur karena kakak kedua terus mendesakku agar tidak kuliah. Di satu sisi ternyata kakak pertamaku mencari informasi pada salah satu kerabat jauhku yang memiliki saudara yang juga berkuliah di UIN Malang tentang bidikmisi. Aku sangat ingat, saat itu pukul 11 malam, tiba-tiba kakak ku datang dan memberitahukan bahwa namaku tertulis di daftar penerima bidikmisi. Saat itu aku hanya mematung tidak percaya, namun rasanya luar biasa bahagia. Saat kakakku memberitahukan pada keluargaku, ayah dan ibuku ikut senang dan langsung setuju jika aku kuliah.

Dengan adanya bidikmisi, aku sangat terbantu karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk berkuliah juga tidak perlu membebani orangtua. Aku sangat bersyukur bisa menjadi salah satu mahasiswa yang paling beruntung dan aku tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan ini. Aku yakin ini semua berkat doa dari orangtuaku, walaupun mereka hanya diam, percayalah bahwa semua orang tua akan berharap dan mendoakan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Jadi untuk kalian yang memiliki keterbatasan dalam hal apapun termasuk biaya, jangan pernah menyerah dan jangan pernah berhenti berjuang. Kalian harus ingat “akan ada tantangan yang berat di setiap perjalanan yang hebat”. Menjadi mahasiswa Bidikmisi bukan semata-mata kuliah, namun kita juga harus bertanggungjawab atas keputusan yang kita ambil, seperti harus memenuhi syarat-syarat selama berkuliah. Jangan lupa kalo udah diberi kesempatan, manfaatkan dengan baik dan penuh tanggungjawab ya…

Jika semua itu sudah menjadi takdir kita, pasti Allah akan menunjukan jalan menuju kesana. Dan jika kalian sudah diberi kepercayaan jangan pernah mematahkannya. Niat adalah penentu seberapa besar usaha yang harus kita lakukan. Jangan patah semangat ya, banyak jalan menuju Roma. Jangan lupa juga selalu minta doa kepada orangtua dan buatlah orangtua bangga kepadamu. Thank you and See you...


Share:

Bertahan Meraih Impian di Tengah Pandemi dengan Bekerja

sumber: bbc.com

Oleh Fitri Nofita Sari

Akhir-akhir ini Indonesia mengalami Pandemi. Yaitu menyebarnya Covid-19 yang berasal dari WuhaN, China. Terhitung sejak 2019 sampai sekarang masih berlangsung, ditambah lagi keluarnya virus varian terbaru dan bertambahnya korban. Sehingga pemerintah Indonesia mengumumkan adanya PPKM Se-Jawa Bali. Arti PPKM yaitu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat. Kegiatan ini memberlakukan penutupan took-toko dan tempat ramai ditutup pukul 20.00 WIB. Selain itu penutupan jalan, sehingga terjadi macet dan harus melewati jalan alternative yang jauh. 

Banyak dampak yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya PPKM ini. Salah satunya yaitu kesulitan dalam bekerja karena jalanan ditutup, keuangan berkurang baik berjualan maupun kariyawan swasta karena jam bekerja berkurang tidak seperti biasanya. Hal tersebut juga saya rasakan sejak 2019 yaitu awal terjadinya Covid-19. Ayah saya adalah seorang ojek di depan Bndara Adi Soemarmo, Solo. Akan tetapi karena dampak Covid-19 penumpang sepi karena hanya sedikit yang naik pesawat. Lalu, sebagai seorang anak saya juga ikut berfikir bagaiamana cara membantu orang tua saya agar bisa menghasilkan uang.

Saya memutuskan untuk mengajar les privat dengan terlebih dahulu mengikuti bimbel atau bimbingan belajar. Lambat laun saya bisa mendapat murid pribadi. Dengan ridha Allah dan kedua orangtua saya menjalani hal ini sambal kuliah dan akhirnya bisa membantu perekonomian kedua orangtua saya. Meskipun saya adalah Mahasiswa Bidikmisi tidak seharusnya menggantungkan harapan pada beasiswa ini. Dengan hal tersebut saya bisa lebih mandiri dan mengetahui bagaimana lelah dan capek dalam bekerja.

Menjadi seorang guru privat dibutuhkan sebuah kesabaran dan keahlian. Awalnya saya hanya menjadi guru privat matematika karena saya jurusan matematika, akan tetapi saya ditawari untuk mengajar semua maple namun  tingkat Sekolah Dasar. Saya mengambil kesempatan itu agar saya mendapatkan sebuah pengalaman. Dengan hal ini selain mengejar impian yaitu kuliah saya dapat membantu orang tua dan juga mendapatkan sebuah pengalaman bekerja yang berharga selain itu ilmu yang saya miliki bisa lebih bermanfaat bagi orang lain.

Saya menjalani kegiatan menjadi guru privat selama kurang lebih 1 tahun. Berhentinya menjadi guru privat karena saya tidak memiliki kendaraan, sepeda motor ayah saya sudah diambil yang punya sehingga saya memutar ide lagi bagaimana agar bisa membantu orangtua.

Awalnya saya melamar kerja di Toko Pakaian. Tuhan belum memberikan rezeki disitu. Lalu saya melamar kerja di Pabrik Rokok Gudang Garam di Kartasura berkat teman saya yang bekerja disana Alhamdulillah saya bisa diterima dan saya diajak berangkat bersama sehingga saya tidak perlu repot menggunakan ojek online.

Sudah 1 bulan saya bekerja disana dengan dibumbui capek dan bau tembakau saat pulang bekerja. Selain uangnya untuk kebutuhan keluarga saya juga mengumpulkan uang untuk membeli laptop agar saat semester 5 nanti saya bisa menggunkan untuk kuliah. Karena di jurusan saya perlu spesifikasi laptop yang lebih tinggi untuk keperluan membuat sebuah program computer, baik untuk mathlab, phyton dan lain sebagainya.

Untuk itu saya berjuang untuk terus kuliah sambal bekerja. Bukan hanya demi masa depan tapi juga orangtua saya. Sehingga itulah sebuah bakti seorang anak, untuk bisa memberikan sebuah kebahagiaan kepada orangtua dengan cara masing-masing. Karena Allah akan memberikan sebuah jalan bagi seseorang yang berusaha dan berdoa. Allah akan menunjukkan jalanya dan kita harus mensyukuri agar nikmat tersebut ditambah oleh Allah SWT.


Share:

Ber-Ambisi Dalam Mengenyam Pendidikan di Dunia Perguruan Tinggi

 

Sumber : kibrispdr.org

By : Moch. Sukron Makmun

            Disebuah desa kecil hiduplah sebuah keluarga besar yang harmonis yang beranggotakan ayah, ibu dan empat orang anak.Akan tetapi dari ke-empat saudara tersebut tiga orang kakak dari anak bungsu telah merajut dan membina keluarga masing-masing.Sehingga kakak-kakak dari anak bungsu tersebut tidak terlalu memerhatikan si-anak bungsu, sebab kakak-kakaknya telah memiliki kegiatan dan kesibukan masing-masing dalam mengurus rumah tangganya.Namun dalam hal ini si-anak bungsu memiliki ambisi yang begitu besar, dengan kemauan dan rasa ingin tahu.Demi mengangkat derajat, harkat dan martabat orang tuanya anak bungsu tersebut tetaplah berjuang dan berusaha untuk menggapai impiannya di dunia pendidikan.

            Sejak ia duduk dibangku sekolah SMK/Sederajat khususnya pada saat kelas X anak tersebut telah memiliki impian untuk melanjutkan atau mengenyam pendidikannya ketahap berikutnya yakni dunia perguruan tinggi. Walaupun pendidikan yang telah ia rajut berawal dari Sekolah Menengah Kejuruan/Sederajat (SMK/Sederajat). Ia tidak pernah putus asa dalam mencari ilmu didunia pendidikan,meskipun pendidikan yang dipelajari lebih banyak praktiknya daripada teorinya ia tetap berjuang dan bersemangat untuk berusaha, berdoa dan bertawakal kepada tuhan.

            Lambat laun waktu telah berlalu. Kini, ia telah duduk di kelas XII. Tanpa disadari kini impiannya telah berada didepan mata.Namun, iaharus mengalami nasib yang menimpa keluarganya. Ayah dari anak tersebut mengalami musibah, ayah anak itu terseret kedalam jeruji penjara, hal ini dikarenakan ayah dari anak tersebut membela keluarga dan dirinya sehingga terjadi suatu perkelahian terhadap saudaranya. Walaupun musibah sedang menimpa keluarganya,iamasih tetap teguh terhadap keinginannya untuk melanjutkan pendidikannya di dunia perguruan tinggi.Dikala itu pula, ketika ia mengikuti suatu pembelajaran dikelasnya. Guru yang merupakan wali kelasnya memberikan sosialisasi terhadap peserta didiknya mengenai peminatan yang diinginkan oleh peserta didiknya masing-masing. Guru tersebut memberikan dua pilihan antara melanjutkan pendidikannya di dunia perguruan tinggi ataupun bekerja. Seorang guru berkata, “anak-anak disini bapak akan menyampaikan mengenai peminatan kalian yakni terdapat dua pilihan antara menlenjutkan pendidikan kalian di perguruan tinggi dan juga bekerja”. Namun, ia si anak bungsu masih tetap berambisi untuk mewujudkan impiannya yaitu merajut sebuah pendidikan didunia perguruan tinggi. Ia menjawab perkataan seorang guru, “mohon maaf pak untuk saya sendiri mengenai hal yang demikian, saya lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan saya kejenjang yang lebih tinggi”.

            Ketika sepulang dari sekolah anak itu bercerita kepada ibu dan saudaranya mengenai sosialisasi yang telah diarahkan dan diberikan oleh seorang guru.Ia berkata kepada ibunya bahwasanya disekolah terdapat sosialisasi peminatan. “Bu, tadi pas waktu saya mengikuti pembelajaran dikelas, guru saya memberika sosialisasi peminataan”. Seorang ibu menjawab dengan satu pertanyaan, “ Nak, itu sosialisai yang disampaikan oleh gurumu berupa peminatan yang bagaimana ?”. lalu ia menjawab ibunya, “Bu, mengenai peminatan tersebut guru saya memberi dua pilihan yaitu antara melanjutkan pendidikannya di dunia perguruan tinggi atau langsung bekerja. Dan guru saya juga berkata demikian bu, jika langsung bekerja kalian juga sudah mempunyai bekal untuk bekerja.Akan tetapi bu, mengenai itu saya memilih untuk melanjutkan pendidikan saya di dunia perguruan tinggi”. Sang ibu menjawab dengan rasa bimbang dikarenakan sang ibu berfikir bahwa melanjutkan pendidikan diperguruan tinggi membutuhkan dana yang besar. “Nak, megapa kamu memilih untuk melanjutkan pendidikan diperguruan tinggi dan kenapa kamu tidak langsung bekerja saja?, ibu merasa kurang setuju nak sebab ibu tidak punya dana dan lagi pula ayahmu masih berda dibalik sel jeruji penjara”.

Anak itu merasa kurang puas dengan pendapat ibunya yang kemudian anak itu juga meminta pendapat dari ketiga saudaranya yang lain. Anak itu berkata, “Kak, saya itu pengen melanjutkan pendidikan saya kejenjang yang lebih tinggi, akan tetapi ibu merasa kurang setuju. Hal ini disebabkan karena ibu merasa tidak memiliki dana dan lagi pula ayah juga masih berada dipenjara kak. Kalau menurut kakak bagaimana apa saya harus melanjutkan pendidikan saya kejenjang yang lebih tinggi atau saya bekerja dulu ?”. dua kakak menjawab dengan pendapat yang sama ia berkata, “mengenai hal itu, menurut kakak pilih yang menurutmu terbaik saja dik”. Akan tetapi satu dari tiga kakaknya menjawab dengan pendapat yang berbeda, ia berkata “menurut kakak kamu bekerja terlebih dahulu dik, sehabis kamu kerja entar kamu bisa melanjutkan pendidikanmu ke jenjang yang lebih tinggi. Lagian kakak juga tidak bisa membatu dalam hal biaya jika kamu melanjutkan pendidikanmu.Akan tetapi, jika kamu bekerja terlebih dahulu kakak akan bantu biaya untuk kamu bekerja, sebab ketika kamu bekerja, kamu akan mengganti uang kakak”.Dari jawaban pendapat yang brbeda yang telah diberikan oleh kakaknya, anak itu merasa tersinggung dan sedih mendengar perkataannya. Namun anak itu sadar bahwa perkataan kakaknya juga benar sebab ibunya tidak akan mampu untu membiayai pendidikannya diperguruan tinggi. Akan tetapi anak itu tetap teguh dengan keputusannya.Keesokan harinya anak itu bercerita dengan gurunya untuk mendapatkan masukan darinya.Walaupun mendapat masukan dari gurunya anak itu tetap berambisi untuk melanjutkan pendidikannya, yang kemudian anak itu membuat janji terhadap gurunya untuk berkunjung kerumahnya bersama ibunya untuk memberikan penjelasan kepada ibunya bahwasanya pendidikan diperguruan tinggi itu terdapat banyak beasiswa salah satunya BIDIKMISI.Setelah mendapatkan arahan dan penjelasan dari seorang guru ibu anak tersebut mulai setuju bahwa anaknya akan mengenyam pendidikan dijenjang yang lebih tinggi.

Tidak lupa terhadap sosok seorang ayah anak itu ikut berkunjung ketika saudara anak itu menjenguk sang ayah dipenjara. Yang kemudian anak itu bercerita dan meminta izinnya serta doa dan restunya untuk melanjutkan pendidikannya di dunia perguruan tinggi. Ia berkata, “Ayah, saya ingin melanjutkan pendidikan saya diperguran tinggi. Ayah tidak perlu khawatir dengan biaya yang saya butuhkan yah, akan tetapi saya butuh izin dan restu dari ayah”. Ayah menjawab, “baiklah, nak jika itu sudah menjadi keputusanmu”. Setelah mendapat restu dari kedua orang tuanya anak itu mulai mengikuti pendaftaran di perguruan tinggi.Berawal dari SNMPTN, anak itu tidak bisa ikut,sebab yang melakukan pendaftaran adalah pihak sekolah yang memungkin untuk semua peserta didik didaftarkan, yang tanpa diketahui nilai sekolah yang diperoleh oleh salah satu peserta didik terdapat kesalahan teknis. Hampa sudah yang ia rasakan, akan tetapi anak tersebut tidak mudah untuk putus asa, ia mencoba untuk mengikuti pendaftaran melalui PMDK-PN, namun takdir juga berkata lain. Anak itu tidak mudah untuk mundur, bahkan ambisi yang dimiliki anak itu malah semakin tinggi.Yang kemudian anak itu mengikuti tes UTBK untuk mengikuti pendaftaran SBMPTN, sebagai konseksuensinya anak itu tidak mengikuti acara perpisahan dan wisuda disekolahnya. Namun dengan usaha yang telah dilakukan anak itu takdir dan nasibnya masih berkata lain.

Dengan takdir dan nasib yang telah direncanakan oleh tuhan, ayah dari anak itu telah dibebaskan dari sel jeruji penjara, sehingga anak itu kembali senang. Lalu ayahnya bertanya, “Nak, bagaimana tes yang kamu ikuti ?”. ia menjawab dengan penuh rasa kecewa, ”Ayah, maafkan saya. Saya masih belum bisa mebuat ayah dan ibu bahagia dikarenakan segala tes yang saya ikuti tidak lolos”.Hari telah berganti, kemudian anak itu bermain kerumah temannya. Anak itu bercurhat kepada temannya bahwa ia tidak lolos mengikuti tes untuk masuk diperguruan tinggi, sedangkan temannya lolos untuk melanjutkan pendidikannya dijenjang yang lebih tinggi. Namun temannya memberi masukan dan support untuk mengikuti tes Mandiri Tulis di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan juga menyalurkan beasiswa BIDIKMISI.Teman anak itu berkata, “kawan coba kamu ikut tes Mandiri Tulis di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan juga menyalurkan beasiswa BIDIKMISI”.Ia menjawab, “baiklah kawanku, aku akan coba mengikuti tes tersebut dan juga menyalurkan beasiswa BIDIKMISI”.Setelah mengikuti tes tersebut, anak itu lolos mengikuti tes tersebut yang artinya anak itu diterima diperguruan tinggi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.Ia menyampaikan berita bahagia kepada keluarganya, “Alhamdulillah saya lolos bu, yah, kak”, katanya dengan penuh tawa yang lebar. Akan tetapi ayahnya berkata “tapi nak, jika beasiswa BIDIKMISI mu tidak lolos ayah harap kamu mundur dari pendidikan tersebut ya nak, bukan ayah tidak mau untuk membiaya pendidikanmu akan tetapi ayah tidak ada dana untuk membiayaimu nak”. Raut wajah anak tersebut kembali murung dan sedih.Ia hanya bisa berharap dan berdoa kepada tuhan setelah ia melakukan usaha dan bekerj keras untuk menggapainya. Kemudian keesokan harinya pengumuman beasiswaBIDIKMISI diumumkan dan nama anak itu juga terlampir didalamnya.

Pesan moral : berusahalah, berdoalah, berjuanglah dan bertawakkallah kepada-Nya, jangan pernah bosan untuk meminta restu dan ridho orang tua, jangan pernah berputus asa sekali telah menjadi keinginan maka wujudkan, walaupun segala rintangan menghalaginya. sebab takdir dan nasib seseorang bagi-Nya begitu nyata dan indah. Sedangkan bagi hambanya takdir dan nasib begitu sangat abstrak untuk diraba dan dipandang.


Share:

PERJALANAN HIDUP MERAIH BIDIKMISI

 

Sumber : pinterest.id

Ujang Hasanudin

Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki kepribadian dan mencari jati diri. Yaa begitulah kira-kira motivasi orang tua kepada anak-anaknya untuk terus melanjutkan pendidikan. Haii.. kenalin aku Ujang Hasanudin, salah satu putra daerah dari Tasikmalaya Jawa Barat. Sebuah daerah di wilayah Priangan Timur, yang sering disebut dengan kota Mutiara dari Timur. Aku dibesarkan di keluarga sederhana, tetapi sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Kalau dilihat dari segi ekonomi yang bisa dibilang minim, mustahil orang tuaku bisa menyekolahkan dua anaknya sampai perguruan tinggi. Tapi realita gak seperti itu. Orang tuaku bisa menyekolahkan anak pertamanya sampai lulus sarjana. Melihat demikian, tidak ada kata mustahil bagi adiknya untuk mengikuti jejak kakaknya.

Oh iya, aku anak kedua dari dua bersaudara guys. Aku SMA di MAN 3 Tasikmalaya, salah satu jalan bagiku untuk bisa kuliah di UIN Malang. Dari dulu aku pengen kuliah tapi dengan syarat, harus gratis alias gak berbayar. Yaa kalian tau lah, seperti aku jelasin di awal, aku berasal dari keluarga yang begitu. Waktu SMA aku bukan siswa yang pintar dalam akademik di kelas, yang sering jadi langganan sepuluh besar bahkan juara kelas.Masa SMA ku berbanding terbalik ketika aku SD dan SMP yang mana waktu itu menjadi langganan juara kelas bahkan juara umum. Sehingga ketika SMP akumendapatkan beasiswa, jadi gak bayar SPP dan lainnya. Alhamdulillah yaaa. Masa SMA kuhabiskan dengan aktifitas non akademik. Belajar akademik seadanya, sehingga gaada harapan untuk bisa sekolah SMA dapet beasiswa. Di SMA aku mengikuti beberapa organisasi intra dan ekstra kurikuler, salah satunya OSIS. Tau lah yaaa gimana kerja OSIS yang bisa dibilang sok sibuk;v. Tapi ternyata, OSIS bagiku adalah pintu rezeki ku di SMA. Yaa dengan aku ikut organisasi dan jadi Siswa nomor satu alias ketos, aku mendapatlan beasiswa juga dari sekolah, sehingga masa SMA ku pun terbebas dari tagihan percuanan wkwk.

Aku juga menemukan hal baru yang orang lain mungkin tidak menemukan ini bahkan di bangku kelas sekalipun. Aku menemukan banyak sekali ilmu dan pengalaman yang luar biasa ketika di organisasi. Bahkan aku bisa lebih banyak kenal dengan kakak kelas alumni yang hebat diluar sana, dan bisa dekat dengan guru, tanpa aku jadi juara kelas. Ya iyalah masa ketos gak dikenal se sekolah xixixi. Meskipun demikian, aku pengen juga dong kaya temen-temen yang lain, punya impian lolos di PTN. Aku pengen kaya kakak tingkat ku yang keterima di PTN bahkan dengan beasiswa alias gak bayar alias gratiss-tis-tiss. Siapa sih warga +62 yang gak mau gratisan hhaaha. Aku sering ngobrol-ngobrol dengan kakak tingkat atau alumni yang kuliah di PTN. Bahkan sering juga tuh konsultasi dengan guru BK ku yang super duper baik. Tapi gak hanya itu, aku pun sering memanfaatkan fasilitas internet sekolah dengan mengakses.... hmmmm apa hayoo wkwkwk. Ya aku sering mengakses info-info seputar dunia perkampusan. Tak luput juga seputar beasiswa bidikmisi. Karena aku punya tekad, harus kuliah di PTN, tanpa bayar dari orang tua, dan kalo bisa lolos PTN tanpa tes alias jalur undangan. Plus plus plus gak tuh guyss. Gilaaaaaa gak nyadar bet yaa si Ujang ini. Udah mah males belajar, sok sok sibuk di organisasi, eh pengen kuliah di PTN lewat jalur undangan lagi. Haduh.... bangun jangg jangan mimpi terus. Tapi ya udah lah liat aja nanti wkwk.

Ahirnya kelas dua belas juga. Saat dimana bingung melanda jiwaku. Apa aku lanjut kuliah? Atau aku kerja? Atau aku nikah aja?. Aku lanjut kuliah, PTN mana sih yang mau nerima aku, yang pengen beasiswa dan lolos jalur undangan. Aku kerja tapi mau kerja apa. Masih nyadar aku dari SMA yang notabenenya beda sama anak SMK yang punya keahlian khusus. Atau aku nikah aja ya. Ya mana juga calonnya wkwk. Ahirnya aku dengan terpaksanya ikut perbaikan nilai buat daftar SNMPTN dan milih salah satu PTN favorit di Jawa Barat. Udah tau kan gimana hasilnya. Yaa aku gagal diterima SNMPTN. Dari awal aku udah nebak juga sih bakalan gagal di jalur itu. Tapi yang bikin aku nyesek adalah.... jeng jenggg. Yaa liat temen-temen ku lolos SNMPTN aku nyesek bangett buanget buangetttt. Ahirnya aku daftar jalur lain yang masih sama jalur undangan, yaitu SPAN-PTKIN. Dan aku milih UIN Malang sebagai pilihan pertama. Aku pilih itu karena aku pengen kuliah jauh dari rumah. Aku nyari info seputar beasiswa di UIN Malang, karena tanpa beasiswa, aku gabisa lanjut buat kuliah. Dan ternyata bidikmisi di UIN ini beda dengan bidikmisi di kampus lain dalam hal pendaftarannya. Untung saat itu aku langsung ngepoin UIN Malang dan nyari info. Ahirnya aku daftar bidikmisi dan tinggal nunggu pengumuman deh..

Pengumuman SPAN-PTKIN pun tiba. Ahirnya aku diterima di kampus Ulul Albab ini. Tapi masih belum tau bidikmisi ku keterima atau tidak. Nunggu pengumuman bidikmisi yang bikin aku degdegan dibanding pengumuman SPAN-PTKIN. Kalau aku gak keterima bidikmisi, aku harus bayar biaya kelembagaan dan mahad sama biaya UKT yang buat aku bukan nominal yang kecil. Orang tuaku gak sanggup buat bayar sebanyak itu. Dan yaa kalau aku gak keterima bidikmisi, aku gak lanjut kuliah di UIN jalur SPAN ini. Tetapi, Allah berkehendak. Kunfayakun kalo bahasa Qur’annya. Alhamdulillah ahirnya aku lolos bidikmisi dongg. Bahagia? Iyalah bersyukur banget bisa keterima bidikmisi, lolos masuk jalur undangan lagi tanpa mikir ujian sbm dan lainnya. Dan ahirnya aku udah mau otw semester 5 nih di UIN malang tercintah ini guyss. Jangan nanya IPK yaa, yang penting masih aman standar bidikmisi ya wkwk.

Itu doang sih sedikit cerita aku bisa nyampe kuliah di tanah arema ini. Gaada yang bisa diambil pelajaran sih dari cerita ini. Sangat tidak berguna anda baca sampai ahir ini wkwk. Kalo ada pelajaran yang baiknya aja ya yang ditiru, selebihnya ojo lah yaaa. Tetep semangat temen-temen semua. Kita manfaatkan kesempatan bidikmisi yang sangat berharga ini dengan sebaik-baiknya, jangan terlalu mikir cairan, nanti juga cair pada waktunya, eh cairan wkwk. Selamat dan semangat berproses di perkuliahan ini temen-temen. Inget yaa realita kuliah gak kaya sinetron FTV. Bababayyyyy guys.

 

Share:

Selasa, 29 Juni 2021

Merantau Untuk Meraih Mimpi

 

sumber : telisik.id


Oleh: Zahrotun Nihayah

Sebagai anak desa, bisa melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan adalah sebuah impian besar bagi saya, terlebih saya terlahir dari keluarga tidak punya. Bapak saya  hanyalah seorang buruh tani dan ibu saya hanyalah seorang ibu rumah tangga. Saya adalah alumni dari SMA Negeri 1 Tayu, itu adalah salah satu sekolah favorit di daerah saya. Saya tidak menyangka bisa diterima di sekolah tersebut. Awalnya kedua orang tua saya tidak setuju kalau saya melanjutkan sekolah di SMA karena otomatis nanti saya harus kuliah, beda jika saya sekolah di SMK saya bisa langsung kerja. Tetapi saya bilang kepada kedua orang tua bahwa setelah lulus saya tidak akan melanjutkan kuliah, karena saya tahu biaya kuliah itu mahal. Walaupun sebenarnya dalam lubuk hati saya ingin melanjutkan kuliah tetapi saya harus mengubur dalam-dalam impianku tersebut lantaran tidak ada biaya.  Ketika kelas 11, teman dekatku memberitahu bahwa kuliah itu bisa tanpa biaya yaitu kita mendaftar beasiswa. Hal itu membuatku kembali berpikir untuk melanjutkan studi. Lalu saya mencoba untuk membicarakan hal ini dengan kedua orang tuakau. Aku mengatakan bahwa aku akan mendaftar kuliah dengan beasiswa jika saya tidak diterima pengajuan beasiswa, maka saya tidak akan melanjutkan kuliah. Dan Alhamdulillah Allah masih memberikan kesempatan kepada saya untuk menuntut ilmu di bangku perkuliahan. Iya saya diterima di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang jalur UMPTKIN dan juga mendapatkan beasiswa bidikmisi. Saya sangat bersyukur atas semua nikmat yang Allah berikan kepada saya.

Pertama kali saya datang di Malang, saya sangat kaget dengan cuaca kotaMalang yang sangat dingin dan juga ramai sekali. Ini adalah pengalaman pertama saya keluar dari tempat tinggal saya di Pati, Jawa Tengah dan ini adalah pengalaman pertamaku jauh dari kedua orangtua dan keluarga. Berat rasanya meninggalkan rumah dan juga keluarga tetapi ini demi meraih mimpi. Karena pepatah mengatakan berakit-rakit ke hulu berenang-renang kemudian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Semua itu butuh pengorbanan. Ketika ke Malang aku diantar oleh Bapakku dan juga kakak laki-lakiku ke asrama. Iya satu tahun pertama mahasiswa baru UIN Malang wajib di asrama. Hal ini membuat saya tenang karena dengan tinggal di asrama pergaulan saya bersama orang-orang yang baik.

Ketika pertama kali masuk kuliah saya merasa minder, karena sebagian besar teman-tema saya alumni pondok pesantren sedangkan saya hayalah lulusan SMA dan mempunyai bekal Bahasa Arab ketika sekolah MI dan MTs. Iya, saya merupakan mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab. Pertama saya tidak yakin ketika daftar di jurusan ini tetapi saya sangat ingin belajar Bahasa Arab. Mungkin dibanding dengan teman-teman yang lain kemampuan Bahasa Arab saya jauh tertinggal. Tetapi hal itu tidak menjadi alasan untuk saya menyerah. Saya yakin ketika kita mempunyai tekad kuat dan bersungguh-sungguh dalam belajar pasti kita bisa mengejar ketertinggalan kita. Walaupun banyak orang diluar sana yang meremehkan dan menganggap apa yang saya lakukan itu tidak masuk akal dan terlihat konyol, tetapi saya menjadikan itu semua sebagai penyemangat untuk terus belajar dan membuktikan bahwa saya bisa. Meskipun awalnya aku merasa minder tetapi kedua orangtuaku meyakinkannku bahwa kalau saya minder saya tidak bisa maju kedepan dan tidak bisa mengejar ketertinggala saya.Oleh karena itu, saya harus yakin bahwa aku bisa. Kedua orangtuaku dan keluargaku adalah penyemangatku.

Untuk kalian yang mempunyai mimpi, kejarlah sampai engkau mendapatkanya. Jangan pernah dengarkan omongan orang di luar sana yang suka merendahkanmu. Kita cuma punya dua tangan yang tidak mungkin bisa menutup satu persatu mulut orang-orang tetapi kita punya dua tangan yang bisa kita gunakan untuk menutupi kedua telinga kita. Jangan jadikan kemiskinan kita sebagai alasan untuk tidak melanjutkan studi. Ada banyak jalan untuk melanjutkan studi tanpa membayar biaya perkuliahan, salah satunya adalah dengan mendaftar beasiswa bidikmisi. Akan tetapi, kita harus menggunakan beasiswa tersebut dengan baik, jangan sia-siakan kesempatan itu karena tidak semua orang mendapatkan kesempatan tersebut. Jadikan kedua orangtuamu sebagai alasan untuk meraih impian yang mana aka membuat kedua orangtuamu bahagia. Walaupun itu semua tidak bisa membalas jasa-jasa kedua orangtua kita tetapi setidaknya kita telah membuat mereka bahagia dan itu karena kita.

Share:

Meraih Asa Bersama Bidikmisi

 

sumber : tokopedia.com


Siti Aminah

Saya adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Ayah saya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, sedangkan ibu saya bekerja serabutan.Saya tinggal bersama ibu dan nenek. Kakak saya sudah menikah dan tinggal di rumah suaminya.

Saya bukanlah siswi yang pandai di kelas, bahkan nama saya tidak pernah ada di deretan juara kelas.Namun saya bukanlah tipe orang yang mudah menyerah. Saya berusaha untuk menyelesaikan semua tugasku dengan maksimal. Saya juga aktif mengikuti organisasi dan kebetulan saya menjadi ketua organisasi tersebut. Dengan pengalaman seadanya, saya berusaha untuk memajukan dan mengembangkan organisasi tersebut.

Tahun 2019 saya lulus dari Pesantren ternama di kota saya. Saya  bingung dan galau, antara memilih bekerja atau meneruskan studi. Dalam jiwa saya ingin sekali bisa menaikkan derajat orang tua dengan berkuliah.Namun secara finansial, saya jelas tidak mampu meneruskan studi ke jenjang perkuliahan. Saya lulus sekolah saja sudah bersyukur sekali. Orang-orang di sekitar saya banyak yang kurang sependapat jika saya kuliah. Mereka mengatakan bahwa banyak di luar sana lulusan Perguruan Tinggi hanya menjadi pengangguran dan sampah masyarakat. Mereka ingin saya langsung bekerja, supaya bisa membantu ekonomi keluarga. Saya berusaha keras untuk meyakinkan mereka, bahwa tidak semua dari lulusan Perguruan Tinggi itu seperti mereka. Saya terus meyakinkan mereka bahwa saya bisa mengubah ekonomi keluarga saya dengan kuliah. Akhirnya mereka mengiyakan pilihan saya.

Dengan mengucap “Bismillahirrohmanirrohim” saya buka informasi di website kampus yang saya inginkan. Di sana tertera kapan dibukanya pendaftaran, apa syarat yang harus dipenuhi dan lain sebagainya. Saya teringat bahwa saya memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang bisa membantuku untuk memenuhi persyaratan penerimaan Bidikmisi di kampus tersebut. Berbagai tes telah saya lalui dan doa-doa sudah saya langitkan tiba saatnya pengumuman kelolosan mahasiswa di kampus tersebut. Tidak karuan rasanya di hati. Alhamdulillah, namasaya ada di deretan mahasiswa yang lolos dan diterima di kampus tersebut.  Ibu dan nenek saya turut senang mendengarnya. Keesokan harinya, saya melihat pengumuman penerimaan bidikmisi di kampus. Betapa beruntungnya saya, nama saya tertera di sana. Saya langsung menangis terharu dan sujud syukur atas karunia yang diberikan oleh Allah Swt.

Mendapatkan beasiswa bidikmisi adalah impian bagi setiap orang.Banyak di luar sana orang yang ingin melanjutkan pendidikannya namun belum diberi kesempatan karena terhalang biaya. Saya sangat bersyukur karena menjadi salah satu orang yang berkesempatan untuk kuliah dan membahagiakan orang tua.

Bidikmisi menyelamatkan masa depan dan cita-cita saya. Lebih dari itu, bidikmisi membuat saya menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. Saya selalu berupaya agar bisa meningkatkan prestasi saya sebagai wujud tanggung jawab saya kepada Negara. Sebagai mahasiswa bidikmisi, kami semua diamanahi oleh rakyat supaya memajukan Negara dengan cara mencetak prestasi-prestasi di dunia perkuliahan. Jika tidak bersungguh-sungguh, artinya kita zalim kepada rakyat yang telah mempercayakan amanahnya kepada kita. Oleh karenanya, kita senantiasa berhati-hati dalam bertindak dan berperilaku terutama perihal nilai akademik.

Di dunia perkuliahan yang saya rasakan pribadi, akan ada ketertinggalan jika tidak mau mengembangkan diri. Salah satu upaya pengembangannya dengan cara mengikuti organisasi. Satu orang tidak harus mengikuti banyak organisasi. Berkaca pada pengalaman teman, terlalu aktif berorganisasi hingga lupa tugas kuliah yang harus dikerjakan. Jika terlalu banyak organisasi yang diikuti, akan membebani perkuliahan yang berakibat pada turunnya prestasi.

Dalam mencapai prestasi, akan ada lika liku perjalanan yang harus dilalui. Banyak kesulitan yang menantang untuk dikerjakan. Memang tidak mudah, namun pasti ada jalan jika berusaha. Jangan lupa selalu langitkan doa dan harapan pada Sang Maha Segalanya.

Masa depan ada di tangan kita semua. Kesuksesan tergantung dari proses yang kita jalani. Selamat dan semangat berproses.

Share:

Jumat, 11 Juni 2021

UNTUK KAMU YANG SEDANG BERJUANG



      30 Kata Mutiara Perjuangan Sebagai Motivasi Menggapai Cita-Cita - Hot  Liputan6.com

Sumber : hot.liputan6.com

Oleh : Alisa Salsabila (Matematika 2020)

         Terlahir sebagai anak pertama tentunya ada rasa sangat besar untuk berjuang lebih agar bisa membahagiakan kedua orang tua. Karena anak pertama adalah anak yang diandalkan oleh orang tuanya. Kata orang, anak pertama perempuan bahunya harus sekuat baja dan hatinya harus setegar karang. Menurutku kata-kata itu benar adanya. Karena anak pertama sangat erat kaitannya dengan sosok yang tegar dan mandiri.

       Terlepas dari itu semua, anak perempuan selalu dipandang remeh disaat mereka memilih untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Bukan apa-apa, kita sebagai perempuan memilih melanjutkan pendidikan karena ingin mewujudkan mimpi kita dan ada mimpi orang tua yang harus kita perjuangkan. 

        Terkadang, banyak sekali halangan dan rintangan yang tiba menghadang, pada saat kita mau melaksanakan suatu. Banyak orang, yang dengan sengaja ataupun tidak, mematahkan semangat kita. Mereka biasanya menyeletuk dengan mengatakan" Yakin kamu mau melakukan itu? Itu pekerjaan sulit lho!" ataupun "sudahlah, tidak usah bermimpi sangat besar, nanti kalau jatuh sakit" ataupun perkataan- perkataan lain yang sejenis. tetapi sayangnya, suara- suara sumbang malah seringkali berasal dari orang- orang terdekat kita. Entah itu sahabat, teman, guru ataupun orang sekitar kita. Tetapi, bukan berarti kalian harus membenci mereka, malah dengan adanya perkataan- perkataan tersebut, kalian seharusnya dapat lebih terpacu serta berupaya meyakinkan kalau kamu bisa. 

         Semangat! Yakin kita bisa! Jika merasa lelah, maka istirahatlah. Jika gagal, kamu boleh nangis, tapi jangan sampai putus asa. Ingat, ada orang tua kita yang bekerja mati-matian untuk kita. Lihatlah, mereka yang berjuang untuk kita. Jangan sampai kita mengecewakan mereka. Ada mimpi mereka yang dititipkan di bahu kita.


Share:

Bidikmisi, Atau Tidak Sama Sekali

 

 

sumber : https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Fcinderamatakehidupan.blogspot.com%2F2014%2F11%2Fmulailah-sekarang-atau-tidak-sama-sekali_20.html&psig=AOvVaw1rInqQmsLn_bwZ6dMHLv__&ust=1623461567851000&source=images&cd=vfe&ved=2ahUKEwjknt7ht47xAhUYESsKHbWnA8cQr4kDegUIARCXAQ


Mohammad Muhson Al Farizi

Hai pejuang mimpi. Izinkan saya membawakan sepotong kisah yang membawa saya menuju bangku perkuliahan melalui bantuan Bidikmisi. Sekaligus kembali mengingat dan mengingatkan sayasendiri akan tujuan awal yang sempat tertutup oleh kesibukan dan keluh kesah di tengah perkuliahan.

Tahun 2018. Awal saya mengenal lebih jauh tentang Bidikmisi. Saat itu saya masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Saat di mana teman-teman saya yang lainnya sibuk-sibuknya dengan organisasi dan lomba-lomba, saya justru berburu informasi sebanyak-banyaknya tentang beasiswa. Bukan hanya Bidikmisi tentunya. Berbekal laptop pinjaman milik salah seorang teman sekelas dan wifi sekolah, saya mengumpulkan data beasiswa selengkap-lengkapnya mulai dari berkas yang harus disiapkan, konsekuensi jika mengambil beasiswa tersebut, hingga fasilitas apa saja yang diperoleh. Tidak kurang dari 10 jenis beasiswa (mungkin lebih) saya korek-korek dan saya identifikasi mana yang lebih cocok dengan kondisi saya.

Akhirnya saya sampai pada kesimpulan bahwa Bidikmisilah yang paling mudah dan paling cocok bagi saya. Saat itu juga mulai saya bangun tekad saya bahwa saya tidak akan kuliah jika tanpa Bidikmisi. “Bidikmisi, atau tidak sama sekali,” ungkapku saat itu. Saya pun mulai mengumpulkan berkas apa saja yang diperlukan untuk pendaftaran bidikmisi. Ya meskipun saat itu saya masih kelas 2 SMA. Semua berkas yang diperlukan saya simpan di linimasafacebook tentunya dengan kondisi diprivat.

Saya bersikeras tidak akan kuliah jika tidak mendapatkan Bidikmisi karena beberapa pertimbangan. Salah satunya urusan ekonomi. Toh menurut saya sukses tidak harus kuliah. Ada seribu satu jalan menuju kesuksesan. Jadi daripada misalnya saya tidak mendapatkan Bidikmisi, lebih baik saya tidak kuliah. Karenasaya benar-benar sudah menghitung detail kebutuhan harian saat kuliah di beberapa kota dengan uang saku yang didapat dari Bidikmisi. Lagi-lagi semenjak saya masih kelas 2 SMA. Mulai dari kemungkinan kos atau tempat tinggal paling murah hingga harga makan paling murah yang akan saya temui jika berkuliah di tempat tersebut. Setidaknya ada tiga pilihan saat itu yang memungkinkan. Surabaya, Yogyakarta, dan Surakarta. Ya walaupun akhirnya saya tidak berkuliah di salah satu dari tiga tempat tersebut.

*****

Pendaftaran bidikmisi pun tiba. Saya memulai proses pendaftaran bahkan sebelum disosialisasikan oleh sekolah. Surat, foto, data, dan semua berkas yang dibutuhkan satu persatu saya unggah pada laman Bidikmisi. Pendaftaran berjalan tanpa ada kendala yang berarti. Namun justru rintangannya ada saat pendaftaran dan proses seleksi masuk perguruan tingginya. Mulai dari salah input nilai rapor yang berimbas tidak lolos SNMPTN, terlalu memikirkan pilihan jurusan yang justru menyita waktu belajar dan akhirnya menyebabkan saya ditolak di dua jurusan yang saya pilih saat SBMPTN, hingga seleksi jalur bidikmisi di Telkom University yang juga gagal.

Momen-momen kegagalan ini hampir saja membuat saya putus asa. Hingga pilihan terakhir hanya tersisa jalur mandiri. Parahnya lagi pendaftaran bidikmisi untuk mandiri yang masih buka saat itu tinggal UIN Sunan Ampel Surabaya dan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sebenarnya ada satu lagi yaitu ITB, tapi Bandung salah satu kota yang tidak saya masukkan dalam list kota yang memungkinkan untuk saya berkuliah di sana berdasarkan tingkat harga kebutuhan sehari-harinya.

Saat itu, UINSA dan UINMA memiliki sistem penerimaan bidikmisi yang berbeda. Dengan berbagai pertimbangan dan diskusi bersama orangtua, akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar di UINMA. Untuk pendaftaran jalur mandiri seluruh pesertanya baik pendaftar Bidikmisi maupun non-bidikmisi dikenakan biaya 300.000 rupiah. Saya mendaftar di hari-hari terakhir pendaftaran. Lebih tepatnya H-2 penutupan.

Masalah kembali muncul. Orangtua saya waktu itu sama sekali tidak memegang uang. Tapi bukannya melarang saya untuk mendaftar, orangtua saya justru menyuruh saya untuk segera mengurus berkas yang belum terpenuhi karena Bidikmisi di UIN sedikit berbeda dengan Bidikmisi di PTN di bawah naungan KEMDIKBUD. Saya pun berangkat menuju sekolah yang berjarak kurang lebih 25 km dari rumah saya.

Matahari telah melewati titik tertingginya. Berkas-berkas pendaftaran pun sudah terkumpul semuanya. Tinggal menunggu uang untuk pendaftaran. Di sela-sela saya melamun, tiba-tiba terdengar bunyi dari telepon genggam saya. Ada panggilan masuk. Tertulis di sana “ibu”. Saya buru-buru mengangkatnya. Ibu memberitahu saya bahwa uang bantuan dari pemerintah baru saja cair. Betapa senangnya saya saat itu. Uang itu cair di saat yang sangat tepat. Akhirnya uang tersebut saya gunakan untuk mendaftar jalur mandiri UINMA.

Tiba saatnya hari pengumuman kelulusan. Aku dan kakakku tiba-tiba terbangun pada pukul tiga malam. Kami sibuk membuka berkas pdf yang dikirim oleh teman kakakku dan mulai mengetikkan nama saya di kolom search. Baru tiga huruf saya ketikkan sudah muncul nama saya di sana. Ya saya akhirnya dinyatakan lolos di jalur mandiri Bidikmisi UINMA setelah berbagai kegagalan yang saya terima.

Share:
recent

Recent Posts

Total Pengunjung

Kritik dn Saran

Nama

Email *

Pesan *