UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Jumat, 11 Juni 2021

MOZAIK KEHIDUPAN

Oleh : Naveila Al-Azizah      

  Bertumbuh dan berproseslah. Karena hidup tak pernah memilih kepada siapa kebahagiaan akan diberikan. Baginya, kebahagiaan milik semua orang. Semua orang yang bersyukur. Semua orang yang menerima kehidupan dan takdir yang diberikan. Beberapa situasi atau peristiwa akan memaksa diri untuk menjadi dewasa dan mengikis habis semua harapan yang ada. Bahkan sejenak akan membuat diri membenci Tuhan yang memberikan sebuah kehidupan. Namun, perlahan kehidupan akan memberi sebuah pelajaran untuk mencari dan menyusun satu persatu mozaik kehidupan untuk menemukan pertanggungjawaban akan semua rasa sakit.

            Gerimis di bulan September menjadi saksi, saat impian seseorang harus direnggut paksa oleh keadaan. “Nak... kamu kuliahnya berhenti saja ya, bantu Bapak kerja untuk membayar hutang-hutang.” ucap seorang lelaki tegar yang tengah berusaha sekuat tenaga menikam hatinya sendiri, saat meredupkan impian putrinya. Malam itu melalui telepon genggam, saat dengan berat hati beliau menyampaikan keterpaksaannya.

Tak ada jawaban dari telepon seberang. Tapi aku tau, saat itu hujan tengah turun dengan derasnya di mata seseorang yang baru saja dirampas impiannya oleh keadaan. Seorang wanita hebat dengan impian yang begitu mulia untuk menjadi seorang pengajar, sekaligus pendidik. impian yang sejak lama diharapkannya. Sejak pertama kali ditanya,“saat sudah besar nanti, ingin menjadi apa kamu?”

Kehidupan Kembali memberikan pelajaran. Keadan boleh mengampil impiannya, tapi, Tuhan tidak akan membiarkannya kehilangan mimpinya. Putus kuliah tidak menjadikannya berhenti belajar, begitu prinsipnya. “Belajar bisa dimanapun dan kapanpun. Bukan hanya di bangku kuliah.” ucapnya saat aku memeluknya di terminal, kala pertama ia datang dengan menjinjing 2 tas besar. Tangisnya telah reda, telah ia selesaikan malam itu juga. Entah berapa lama ia menghabiskan waktu untuk melampiaskan keterpurukannya malam itu. Hingga ia kembali menyusun benteng ketegaran untuk menjadi sekuat sekarang. Dan aku tau, untuk melakukan itu tidaklah mudah. 

Lihat.. jika kita dapat mengambil hikmah dari setiap peristiwa. Dengan aku putus kuliah, menjadikan aku bisa belajar apapun tanpa batas dan menjadikan aku bisa mempelajari ilmu apapun yang membuatku dapat menguasai banyak bidang keilmuan.” 

Beberapa tahun setelahnya, gadis yang mengorbankan mimpi-mimpinya kembali berdiri di tepi terminal sembari memeluk gadis yang lebih pendek darinya, sembari berucap “Kamu harus jadi sarjana ya... Bantu mbak untuk mewujudkan cita-cita mbak, agar suatu saat nanti mbak bisa berdiri di mimbar wisuda. Tapi, saat itu bukan mbak yang diwisuda. Tapi mbak mendampingi kamu sebagai wisudawan lulusan terbaik.” 

Gadis itu menangis dalam pelukannya dengan mata menatap ke langit, “Tuhan, Keadaan telah mengambil mimpi salah satu Hamba Mu. Cukup Tuhan, jangan lagi ada orang lain yang direnggut paksa mimpinya karena keadaan.” Kembali ia mendongak untuk menatap kakaknya, “Suatu saat nanti, jika ada orang yang bertanya apa pekerjaan kakakmu.? Maka dengan bangga ku katakan, dialah potret seorang guru yang sebenar-benarnya guru.” 

 

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

recent

Recent Posts

Total Pengunjung

Kritik dn Saran

Nama

Email *

Pesan *