Oleh : Naveila Al-Azizah
Bertumbuh dan berproseslah. Karena
hidup tak pernah memilih kepada siapa kebahagiaan akan diberikan. Baginya,
kebahagiaan milik semua orang. Semua orang yang bersyukur. Semua orang yang
menerima kehidupan dan takdir yang diberikan. Beberapa situasi atau peristiwa
akan memaksa diri untuk menjadi dewasa dan mengikis habis semua harapan yang
ada. Bahkan sejenak akan membuat diri membenci Tuhan yang memberikan sebuah
kehidupan. Namun, perlahan kehidupan akan memberi sebuah pelajaran untuk
mencari dan menyusun satu persatu mozaik kehidupan untuk menemukan
pertanggungjawaban akan semua rasa sakit.
Gerimis di bulan September menjadi
saksi, saat impian seseorang harus direnggut paksa oleh keadaan. “Nak...
kamu kuliahnya berhenti saja ya, bantu Bapak kerja untuk membayar
hutang-hutang.” ucap seorang lelaki tegar yang tengah berusaha sekuat
tenaga menikam hatinya sendiri, saat meredupkan impian putrinya. Malam itu
melalui telepon genggam, saat dengan berat hati beliau menyampaikan
keterpaksaannya.
Tak ada jawaban dari telepon
seberang. Tapi aku tau, saat itu hujan tengah turun dengan derasnya di mata
seseorang yang baru saja dirampas impiannya oleh keadaan. Seorang wanita hebat
dengan impian yang begitu mulia untuk menjadi seorang pengajar, sekaligus
pendidik. impian yang sejak lama diharapkannya. Sejak pertama kali ditanya,“saat
sudah besar nanti, ingin menjadi apa kamu?”
Kehidupan Kembali memberikan
pelajaran. Keadan boleh mengampil impiannya, tapi, Tuhan tidak akan
membiarkannya kehilangan mimpinya. Putus kuliah tidak menjadikannya berhenti
belajar, begitu prinsipnya. “Belajar bisa dimanapun dan kapanpun. Bukan
hanya di bangku kuliah.” ucapnya saat aku memeluknya di terminal, kala
pertama ia datang dengan menjinjing 2 tas besar. Tangisnya telah reda, telah ia
selesaikan malam itu juga. Entah berapa lama ia menghabiskan waktu untuk
melampiaskan keterpurukannya malam itu. Hingga ia kembali menyusun benteng
ketegaran untuk menjadi sekuat sekarang. Dan aku tau, untuk melakukan itu
tidaklah mudah.
“Lihat.. jika kita dapat
mengambil hikmah dari setiap peristiwa. Dengan aku putus kuliah, menjadikan aku
bisa belajar apapun tanpa batas dan menjadikan aku bisa mempelajari ilmu apapun
yang membuatku dapat menguasai banyak bidang keilmuan.”
Beberapa tahun setelahnya, gadis
yang mengorbankan mimpi-mimpinya kembali berdiri di tepi terminal sembari
memeluk gadis yang lebih pendek darinya, sembari berucap “Kamu harus jadi
sarjana ya... Bantu mbak untuk mewujudkan cita-cita mbak, agar suatu saat nanti
mbak bisa berdiri di mimbar wisuda. Tapi, saat itu bukan mbak yang diwisuda.
Tapi mbak mendampingi kamu sebagai wisudawan lulusan terbaik.”
Gadis itu menangis dalam pelukannya
dengan mata menatap ke langit, “Tuhan, Keadaan telah mengambil mimpi salah
satu Hamba Mu. Cukup Tuhan, jangan lagi ada orang lain yang direnggut paksa
mimpinya karena keadaan.” Kembali ia mendongak untuk menatap kakaknya, “Suatu
saat nanti, jika ada orang yang bertanya apa pekerjaan kakakmu.? Maka dengan
bangga ku katakan, dialah potret seorang guru yang sebenar-benarnya
guru.”
0 komentar:
Posting Komentar