UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Senin, 02 Agustus 2021

Kemauan yang kuat

sumber : wallpaper.id


Destina Fitria Sasmita

Hai… Aku Destina. Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Ayahku adalah seorang buruh tani, beliau bekerja meng garap lahan yang bukan milik sendiri. Pekerjaan ayahku bisa dibilang musiman, Kadang jika musim kemarau tidak ada yang menawarkan pekerjaan. Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga, terkadang juga mengisi kegiatannya dengan menjahit. Ayah dan ibuku tidak cukup kuat lagi karena mereka hampir kepala enam sehingga tidak bisa bekerja terlalu keras lagi. Kakak pertamaku sudah menikah dan sekarang tinggal bersama suami dan anak-anaknya. Sedangkan kakak kedua ku bekerja di Surabaya, dialah yang menjadi tulang punggung keluargaku saat ini. 

Aku tinggal di sebuah daerah di kaki gunung lawu. Masyarakat disini hidup dengan sederhana, termasuk dengan tingkat pendidikannya. Jarang sekali ada kaum muda yang melanjutkan ke tingkat perkuliahan, jika ada pun itu pasti dari keluarga yang berada. Kaum muda yang telah lulus pendidikannya di tingkat SMA, mereka tertuju pada dunia kerja. Pikir mereka jika sudah lulus SMA harus membantu orangtua dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan bekerja. Begitu juga yang terjadi pada keluargaku, kedua kakak ku lebih memilih tidak melanjutkan ke tingkat perkuliahan, bukan karena mereka tak ingin kuliah, namun keadaan yang memaksa semua ini.

Dari kecil aku selalu bersekolah di sekolah yang sederhana dengan biaya yang sangat terjangkau, bahkan tak jarang aku mendapat bantuan untuk biaya sekolahku. Dulu aku selalu bertanya-tanya pada diriku sendiri “apakah kelah aku bisa melanjutkan kuliah?”. Namun orang-orang disekitarku selalu mendukungku untuk kuliah, tapi tidak keluargaku. Yaa karena keterbatasan ekonomi yang kami hadapi.

Semasa sekolah aku selalu berusaha yang terbaik untuk meraik prestasi akademik. Berharap dengan ini aku bisa mewujudkan cita-citaku. Aku selalu bersaing dengan teman sekelasku dalam pelajaran. Aku sering mendapat juara kelas, aku berharap ini bisa jadi kebanggan tersendiri pada keluargaku. Pernah beberapa kali aku mengikuti perlombaan tapi selalu gagal.

Alhamdulillah pada saat bersekolah di tingkat SMA aku selalu mendapat kesempatan untuk tau lebih banyak tentang dunia perkuliahan dari guru-guru ku. Dan dari situ aku bertekad untuk berusaha masuk kuliah dengan tidak membebani orangtua ku. Bermula dari situ aku mulai diarahkan untuk bisa masuk di dunia perkuliahan dengan gratis.

Awalnya pada saat pendaftaran aku tidak bercerita kepada orangtua ku. Aku mengikuti semua ujian jalur masuk PTN, aku sangat berharap ada satu kesempatan yang membawaku masuk ke dunia perkuliahan. Aku masih sangat ingat, saat itu pengumuman diterima menjadi mahasiswa baru lebih dulu dibanding pengumuman penerima bidikmisi. Pada saat pengumuman diterima menjadi mahasiswa baru, aku memberanikan diri untuk memberitahukan pada ayahku. Saat itu ayahku kaget kemudian memberitahu semua anggota keluarga.

Malam itu rasanya dingin dan air mataku tumpah tak tertahankan lagi. Semua tidak setuju jika aku melanjutkan kuliah, hanya ibuku saja yang tidak menolak, entah ibuku setuju atau hanya ingin meringankan pikiranku. Kemudian dengan pembicaraan Panjang, malam itu juga diputuskan bahwa jika aku tidak menjadi penerima bidikmisi maka aku tidak boleh berkuliah. Saat itu hatiku sangat kecewa tapi apa boleh buat jika keadaan yang memaksa ini semua terjadi. Dari kejadian itu, aku mulai menata hati dan berusaha merelakan apapun yang terjadi. 

Sambil menunggu pengumuman penerimaan bidikmisi, aku memutuskan untuk mencari pekerjaan sementara agar memiliki kegiatan untuk mengisi waktuku, karena ketika itu aku sudah libur sekolah dan memiliki banyak waktu libur. Tak lama aku mendapat pekerjaan sebagai pramuniaga di sebuah toko yang lumayan besar dan tak jauh dari rumahku. Saat itu aku sudah pasrah apapun yang terjadi akan aku terima dan aku harus tetap melanjutkan jalan hidupku.

H-1 pengumuman penerima bidikmisi, malam itu aku tidak bisa tidur karena kakak kedua terus mendesakku agar tidak kuliah. Di satu sisi ternyata kakak pertamaku mencari informasi pada salah satu kerabat jauhku yang memiliki saudara yang juga berkuliah di UIN Malang tentang bidikmisi. Aku sangat ingat, saat itu pukul 11 malam, tiba-tiba kakak ku datang dan memberitahukan bahwa namaku tertulis di daftar penerima bidikmisi. Saat itu aku hanya mematung tidak percaya, namun rasanya luar biasa bahagia. Saat kakakku memberitahukan pada keluargaku, ayah dan ibuku ikut senang dan langsung setuju jika aku kuliah.

Dengan adanya bidikmisi, aku sangat terbantu karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk berkuliah juga tidak perlu membebani orangtua. Aku sangat bersyukur bisa menjadi salah satu mahasiswa yang paling beruntung dan aku tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan ini. Aku yakin ini semua berkat doa dari orangtuaku, walaupun mereka hanya diam, percayalah bahwa semua orang tua akan berharap dan mendoakan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Jadi untuk kalian yang memiliki keterbatasan dalam hal apapun termasuk biaya, jangan pernah menyerah dan jangan pernah berhenti berjuang. Kalian harus ingat “akan ada tantangan yang berat di setiap perjalanan yang hebat”. Menjadi mahasiswa Bidikmisi bukan semata-mata kuliah, namun kita juga harus bertanggungjawab atas keputusan yang kita ambil, seperti harus memenuhi syarat-syarat selama berkuliah. Jangan lupa kalo udah diberi kesempatan, manfaatkan dengan baik dan penuh tanggungjawab ya…

Jika semua itu sudah menjadi takdir kita, pasti Allah akan menunjukan jalan menuju kesana. Dan jika kalian sudah diberi kepercayaan jangan pernah mematahkannya. Niat adalah penentu seberapa besar usaha yang harus kita lakukan. Jangan patah semangat ya, banyak jalan menuju Roma. Jangan lupa juga selalu minta doa kepada orangtua dan buatlah orangtua bangga kepadamu. Thank you and See you...


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

recent

Recent Posts

Total Pengunjung

Kritik dn Saran

Nama

Email *

Pesan *