Sumber : kibrispdr.org |
By : Moch. Sukron Makmun
Disebuah desa kecil hiduplah sebuah
keluarga besar yang harmonis yang beranggotakan ayah, ibu dan empat orang
anak.Akan tetapi dari ke-empat saudara tersebut tiga orang kakak dari anak bungsu
telah merajut dan membina keluarga masing-masing.Sehingga kakak-kakak dari anak
bungsu tersebut tidak terlalu memerhatikan si-anak bungsu, sebab kakak-kakaknya
telah memiliki kegiatan dan kesibukan masing-masing dalam mengurus rumah
tangganya.Namun dalam hal ini si-anak bungsu memiliki ambisi yang begitu besar,
dengan kemauan dan rasa ingin tahu.Demi mengangkat derajat, harkat dan martabat
orang tuanya anak bungsu tersebut tetaplah berjuang dan berusaha untuk
menggapai impiannya di dunia pendidikan.
Sejak ia duduk dibangku sekolah
SMK/Sederajat khususnya pada saat kelas X anak tersebut telah memiliki impian
untuk melanjutkan atau mengenyam pendidikannya ketahap berikutnya yakni dunia
perguruan tinggi. Walaupun pendidikan yang telah ia rajut berawal dari Sekolah
Menengah Kejuruan/Sederajat (SMK/Sederajat). Ia tidak pernah putus asa dalam
mencari ilmu didunia pendidikan,meskipun pendidikan yang dipelajari lebih
banyak praktiknya daripada teorinya ia tetap berjuang dan bersemangat untuk
berusaha, berdoa dan bertawakal kepada tuhan.
Lambat laun waktu telah berlalu.
Kini, ia telah duduk di kelas XII. Tanpa disadari kini impiannya telah berada
didepan mata.Namun, iaharus mengalami nasib yang menimpa keluarganya. Ayah dari
anak tersebut mengalami musibah, ayah anak itu terseret kedalam jeruji penjara,
hal ini dikarenakan ayah dari anak tersebut membela keluarga dan dirinya
sehingga terjadi suatu perkelahian terhadap saudaranya. Walaupun musibah sedang
menimpa keluarganya,iamasih tetap teguh terhadap keinginannya untuk melanjutkan
pendidikannya di dunia perguruan tinggi.Dikala itu pula, ketika ia mengikuti
suatu pembelajaran dikelasnya. Guru yang merupakan wali kelasnya memberikan
sosialisasi terhadap peserta didiknya mengenai peminatan yang diinginkan oleh
peserta didiknya masing-masing. Guru tersebut memberikan dua pilihan antara
melanjutkan pendidikannya di dunia perguruan tinggi ataupun bekerja. Seorang
guru berkata, “anak-anak disini bapak akan menyampaikan mengenai peminatan
kalian yakni terdapat dua pilihan antara menlenjutkan pendidikan kalian di
perguruan tinggi dan juga bekerja”. Namun, ia si anak bungsu masih tetap
berambisi untuk mewujudkan impiannya yaitu merajut sebuah pendidikan didunia
perguruan tinggi. Ia menjawab perkataan seorang guru, “mohon maaf pak untuk
saya sendiri mengenai hal yang demikian, saya lebih memilih untuk melanjutkan
pendidikan saya kejenjang yang lebih tinggi”.
Ketika sepulang dari sekolah anak
itu bercerita kepada ibu dan saudaranya mengenai sosialisasi yang telah diarahkan
dan diberikan oleh seorang guru.Ia berkata kepada ibunya bahwasanya disekolah
terdapat sosialisasi peminatan. “Bu, tadi pas waktu saya mengikuti pembelajaran
dikelas, guru saya memberika sosialisasi peminataan”. Seorang ibu menjawab
dengan satu pertanyaan, “ Nak, itu sosialisai yang disampaikan oleh gurumu
berupa peminatan yang bagaimana ?”. lalu ia menjawab ibunya, “Bu, mengenai
peminatan tersebut guru saya memberi dua pilihan yaitu antara melanjutkan
pendidikannya di dunia perguruan tinggi atau langsung bekerja. Dan guru saya
juga berkata demikian bu, jika langsung bekerja kalian juga sudah mempunyai
bekal untuk bekerja.Akan tetapi bu, mengenai itu saya memilih untuk melanjutkan
pendidikan saya di dunia perguruan tinggi”. Sang ibu menjawab dengan rasa
bimbang dikarenakan sang ibu berfikir bahwa melanjutkan pendidikan diperguruan
tinggi membutuhkan dana yang besar. “Nak, megapa kamu memilih untuk melanjutkan
pendidikan diperguruan tinggi dan kenapa kamu tidak langsung bekerja saja?, ibu
merasa kurang setuju nak sebab ibu tidak punya dana dan lagi pula ayahmu masih
berda dibalik sel jeruji penjara”.
Anak itu merasa kurang puas dengan pendapat ibunya
yang kemudian anak itu juga meminta pendapat dari ketiga saudaranya yang lain.
Anak itu berkata, “Kak, saya itu pengen melanjutkan pendidikan saya kejenjang
yang lebih tinggi, akan tetapi ibu merasa kurang setuju. Hal ini disebabkan
karena ibu merasa tidak memiliki dana dan lagi pula ayah juga masih berada
dipenjara kak. Kalau menurut kakak bagaimana apa saya harus melanjutkan
pendidikan saya kejenjang yang lebih tinggi atau saya bekerja dulu ?”. dua
kakak menjawab dengan pendapat yang sama ia berkata, “mengenai hal itu, menurut
kakak pilih yang menurutmu terbaik saja dik”. Akan tetapi satu dari tiga kakaknya
menjawab dengan pendapat yang berbeda, ia berkata “menurut kakak kamu bekerja
terlebih dahulu dik, sehabis kamu kerja entar kamu bisa melanjutkan
pendidikanmu ke jenjang yang lebih tinggi. Lagian kakak juga tidak bisa membatu
dalam hal biaya jika kamu melanjutkan pendidikanmu.Akan tetapi, jika kamu
bekerja terlebih dahulu kakak akan bantu biaya untuk kamu bekerja, sebab ketika
kamu bekerja, kamu akan mengganti uang kakak”.Dari jawaban pendapat yang brbeda
yang telah diberikan oleh kakaknya, anak itu merasa tersinggung dan sedih
mendengar perkataannya. Namun anak itu sadar bahwa perkataan kakaknya juga
benar sebab ibunya tidak akan mampu untu membiayai pendidikannya diperguruan
tinggi. Akan tetapi anak itu tetap teguh dengan keputusannya.Keesokan harinya anak
itu bercerita dengan gurunya untuk mendapatkan masukan darinya.Walaupun
mendapat masukan dari gurunya anak itu tetap berambisi untuk melanjutkan
pendidikannya, yang kemudian anak itu membuat janji terhadap gurunya untuk
berkunjung kerumahnya bersama ibunya untuk memberikan penjelasan kepada ibunya
bahwasanya pendidikan diperguruan tinggi itu terdapat banyak beasiswa salah
satunya BIDIKMISI.Setelah mendapatkan
arahan dan penjelasan dari seorang guru ibu anak tersebut mulai setuju bahwa
anaknya akan mengenyam pendidikan dijenjang yang lebih tinggi.
Tidak lupa terhadap sosok seorang ayah anak itu ikut
berkunjung ketika saudara anak itu menjenguk sang ayah dipenjara. Yang kemudian
anak itu bercerita dan meminta izinnya serta doa dan restunya untuk melanjutkan
pendidikannya di dunia perguruan tinggi. Ia berkata, “Ayah, saya ingin
melanjutkan pendidikan saya diperguran tinggi. Ayah tidak perlu khawatir dengan
biaya yang saya butuhkan yah, akan tetapi saya butuh izin dan restu dari ayah”.
Ayah menjawab, “baiklah, nak jika itu sudah menjadi keputusanmu”. Setelah
mendapat restu dari kedua orang tuanya anak itu mulai mengikuti pendaftaran di
perguruan tinggi.Berawal dari SNMPTN, anak itu tidak bisa ikut,sebab yang
melakukan pendaftaran adalah pihak sekolah yang memungkin untuk semua peserta
didik didaftarkan, yang tanpa diketahui nilai sekolah yang diperoleh oleh salah
satu peserta didik terdapat kesalahan teknis. Hampa sudah yang ia rasakan, akan
tetapi anak tersebut tidak mudah untuk putus asa, ia mencoba untuk mengikuti
pendaftaran melalui PMDK-PN, namun takdir juga berkata lain. Anak itu tidak
mudah untuk mundur, bahkan ambisi yang dimiliki anak itu malah semakin
tinggi.Yang kemudian anak itu mengikuti tes UTBK untuk mengikuti pendaftaran
SBMPTN, sebagai konseksuensinya anak itu tidak mengikuti acara perpisahan dan
wisuda disekolahnya. Namun dengan usaha yang telah dilakukan anak itu takdir
dan nasibnya masih berkata lain.
Dengan takdir dan nasib yang telah direncanakan oleh
tuhan, ayah dari anak itu telah dibebaskan dari sel jeruji penjara, sehingga
anak itu kembali senang. Lalu ayahnya bertanya, “Nak, bagaimana tes yang kamu
ikuti ?”. ia menjawab dengan penuh rasa kecewa, ”Ayah, maafkan saya. Saya masih
belum bisa mebuat ayah dan ibu bahagia dikarenakan segala tes yang saya ikuti
tidak lolos”.Hari telah berganti, kemudian anak itu bermain kerumah temannya.
Anak itu bercurhat kepada temannya bahwa ia tidak lolos mengikuti tes untuk
masuk diperguruan tinggi, sedangkan temannya lolos untuk melanjutkan pendidikannya
dijenjang yang lebih tinggi. Namun temannya memberi masukan dan support untuk
mengikuti tes Mandiri Tulis di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan juga
menyalurkan beasiswa BIDIKMISI.Teman
anak itu berkata, “kawan coba kamu ikut tes Mandiri Tulis di UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang dan juga menyalurkan beasiswa BIDIKMISI”.Ia menjawab, “baiklah kawanku, aku akan coba mengikuti
tes tersebut dan juga menyalurkan beasiswa BIDIKMISI”.Setelah
mengikuti tes tersebut, anak itu lolos mengikuti tes tersebut yang artinya anak
itu diterima diperguruan tinggi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.Ia
menyampaikan berita bahagia kepada keluarganya, “Alhamdulillah saya lolos bu,
yah, kak”, katanya dengan penuh tawa yang lebar. Akan tetapi ayahnya berkata
“tapi nak, jika beasiswa BIDIKMISI mu
tidak lolos ayah harap kamu mundur dari pendidikan tersebut ya nak, bukan ayah
tidak mau untuk membiaya pendidikanmu akan tetapi ayah tidak ada dana untuk
membiayaimu nak”. Raut wajah anak tersebut kembali murung dan sedih.Ia hanya
bisa berharap dan berdoa kepada tuhan setelah ia melakukan usaha dan bekerj
keras untuk menggapainya. Kemudian keesokan harinya pengumuman beasiswaBIDIKMISI diumumkan dan nama anak itu
juga terlampir didalamnya.
Pesan
moral : berusahalah, berdoalah, berjuanglah dan bertawakkallah kepada-Nya,
jangan pernah bosan untuk meminta restu dan ridho orang tua, jangan pernah
berputus asa sekali telah menjadi keinginan maka wujudkan, walaupun segala
rintangan menghalaginya. sebab takdir dan nasib seseorang bagi-Nya begitu nyata
dan indah. Sedangkan bagi hambanya takdir dan nasib begitu sangat abstrak untuk
diraba dan dipandang.
0 komentar:
Posting Komentar