UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Senin, 02 Agustus 2021

Ber-Ambisi Dalam Mengenyam Pendidikan di Dunia Perguruan Tinggi

 

Sumber : kibrispdr.org

By : Moch. Sukron Makmun

            Disebuah desa kecil hiduplah sebuah keluarga besar yang harmonis yang beranggotakan ayah, ibu dan empat orang anak.Akan tetapi dari ke-empat saudara tersebut tiga orang kakak dari anak bungsu telah merajut dan membina keluarga masing-masing.Sehingga kakak-kakak dari anak bungsu tersebut tidak terlalu memerhatikan si-anak bungsu, sebab kakak-kakaknya telah memiliki kegiatan dan kesibukan masing-masing dalam mengurus rumah tangganya.Namun dalam hal ini si-anak bungsu memiliki ambisi yang begitu besar, dengan kemauan dan rasa ingin tahu.Demi mengangkat derajat, harkat dan martabat orang tuanya anak bungsu tersebut tetaplah berjuang dan berusaha untuk menggapai impiannya di dunia pendidikan.

            Sejak ia duduk dibangku sekolah SMK/Sederajat khususnya pada saat kelas X anak tersebut telah memiliki impian untuk melanjutkan atau mengenyam pendidikannya ketahap berikutnya yakni dunia perguruan tinggi. Walaupun pendidikan yang telah ia rajut berawal dari Sekolah Menengah Kejuruan/Sederajat (SMK/Sederajat). Ia tidak pernah putus asa dalam mencari ilmu didunia pendidikan,meskipun pendidikan yang dipelajari lebih banyak praktiknya daripada teorinya ia tetap berjuang dan bersemangat untuk berusaha, berdoa dan bertawakal kepada tuhan.

            Lambat laun waktu telah berlalu. Kini, ia telah duduk di kelas XII. Tanpa disadari kini impiannya telah berada didepan mata.Namun, iaharus mengalami nasib yang menimpa keluarganya. Ayah dari anak tersebut mengalami musibah, ayah anak itu terseret kedalam jeruji penjara, hal ini dikarenakan ayah dari anak tersebut membela keluarga dan dirinya sehingga terjadi suatu perkelahian terhadap saudaranya. Walaupun musibah sedang menimpa keluarganya,iamasih tetap teguh terhadap keinginannya untuk melanjutkan pendidikannya di dunia perguruan tinggi.Dikala itu pula, ketika ia mengikuti suatu pembelajaran dikelasnya. Guru yang merupakan wali kelasnya memberikan sosialisasi terhadap peserta didiknya mengenai peminatan yang diinginkan oleh peserta didiknya masing-masing. Guru tersebut memberikan dua pilihan antara melanjutkan pendidikannya di dunia perguruan tinggi ataupun bekerja. Seorang guru berkata, “anak-anak disini bapak akan menyampaikan mengenai peminatan kalian yakni terdapat dua pilihan antara menlenjutkan pendidikan kalian di perguruan tinggi dan juga bekerja”. Namun, ia si anak bungsu masih tetap berambisi untuk mewujudkan impiannya yaitu merajut sebuah pendidikan didunia perguruan tinggi. Ia menjawab perkataan seorang guru, “mohon maaf pak untuk saya sendiri mengenai hal yang demikian, saya lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan saya kejenjang yang lebih tinggi”.

            Ketika sepulang dari sekolah anak itu bercerita kepada ibu dan saudaranya mengenai sosialisasi yang telah diarahkan dan diberikan oleh seorang guru.Ia berkata kepada ibunya bahwasanya disekolah terdapat sosialisasi peminatan. “Bu, tadi pas waktu saya mengikuti pembelajaran dikelas, guru saya memberika sosialisasi peminataan”. Seorang ibu menjawab dengan satu pertanyaan, “ Nak, itu sosialisai yang disampaikan oleh gurumu berupa peminatan yang bagaimana ?”. lalu ia menjawab ibunya, “Bu, mengenai peminatan tersebut guru saya memberi dua pilihan yaitu antara melanjutkan pendidikannya di dunia perguruan tinggi atau langsung bekerja. Dan guru saya juga berkata demikian bu, jika langsung bekerja kalian juga sudah mempunyai bekal untuk bekerja.Akan tetapi bu, mengenai itu saya memilih untuk melanjutkan pendidikan saya di dunia perguruan tinggi”. Sang ibu menjawab dengan rasa bimbang dikarenakan sang ibu berfikir bahwa melanjutkan pendidikan diperguruan tinggi membutuhkan dana yang besar. “Nak, megapa kamu memilih untuk melanjutkan pendidikan diperguruan tinggi dan kenapa kamu tidak langsung bekerja saja?, ibu merasa kurang setuju nak sebab ibu tidak punya dana dan lagi pula ayahmu masih berda dibalik sel jeruji penjara”.

Anak itu merasa kurang puas dengan pendapat ibunya yang kemudian anak itu juga meminta pendapat dari ketiga saudaranya yang lain. Anak itu berkata, “Kak, saya itu pengen melanjutkan pendidikan saya kejenjang yang lebih tinggi, akan tetapi ibu merasa kurang setuju. Hal ini disebabkan karena ibu merasa tidak memiliki dana dan lagi pula ayah juga masih berada dipenjara kak. Kalau menurut kakak bagaimana apa saya harus melanjutkan pendidikan saya kejenjang yang lebih tinggi atau saya bekerja dulu ?”. dua kakak menjawab dengan pendapat yang sama ia berkata, “mengenai hal itu, menurut kakak pilih yang menurutmu terbaik saja dik”. Akan tetapi satu dari tiga kakaknya menjawab dengan pendapat yang berbeda, ia berkata “menurut kakak kamu bekerja terlebih dahulu dik, sehabis kamu kerja entar kamu bisa melanjutkan pendidikanmu ke jenjang yang lebih tinggi. Lagian kakak juga tidak bisa membatu dalam hal biaya jika kamu melanjutkan pendidikanmu.Akan tetapi, jika kamu bekerja terlebih dahulu kakak akan bantu biaya untuk kamu bekerja, sebab ketika kamu bekerja, kamu akan mengganti uang kakak”.Dari jawaban pendapat yang brbeda yang telah diberikan oleh kakaknya, anak itu merasa tersinggung dan sedih mendengar perkataannya. Namun anak itu sadar bahwa perkataan kakaknya juga benar sebab ibunya tidak akan mampu untu membiayai pendidikannya diperguruan tinggi. Akan tetapi anak itu tetap teguh dengan keputusannya.Keesokan harinya anak itu bercerita dengan gurunya untuk mendapatkan masukan darinya.Walaupun mendapat masukan dari gurunya anak itu tetap berambisi untuk melanjutkan pendidikannya, yang kemudian anak itu membuat janji terhadap gurunya untuk berkunjung kerumahnya bersama ibunya untuk memberikan penjelasan kepada ibunya bahwasanya pendidikan diperguruan tinggi itu terdapat banyak beasiswa salah satunya BIDIKMISI.Setelah mendapatkan arahan dan penjelasan dari seorang guru ibu anak tersebut mulai setuju bahwa anaknya akan mengenyam pendidikan dijenjang yang lebih tinggi.

Tidak lupa terhadap sosok seorang ayah anak itu ikut berkunjung ketika saudara anak itu menjenguk sang ayah dipenjara. Yang kemudian anak itu bercerita dan meminta izinnya serta doa dan restunya untuk melanjutkan pendidikannya di dunia perguruan tinggi. Ia berkata, “Ayah, saya ingin melanjutkan pendidikan saya diperguran tinggi. Ayah tidak perlu khawatir dengan biaya yang saya butuhkan yah, akan tetapi saya butuh izin dan restu dari ayah”. Ayah menjawab, “baiklah, nak jika itu sudah menjadi keputusanmu”. Setelah mendapat restu dari kedua orang tuanya anak itu mulai mengikuti pendaftaran di perguruan tinggi.Berawal dari SNMPTN, anak itu tidak bisa ikut,sebab yang melakukan pendaftaran adalah pihak sekolah yang memungkin untuk semua peserta didik didaftarkan, yang tanpa diketahui nilai sekolah yang diperoleh oleh salah satu peserta didik terdapat kesalahan teknis. Hampa sudah yang ia rasakan, akan tetapi anak tersebut tidak mudah untuk putus asa, ia mencoba untuk mengikuti pendaftaran melalui PMDK-PN, namun takdir juga berkata lain. Anak itu tidak mudah untuk mundur, bahkan ambisi yang dimiliki anak itu malah semakin tinggi.Yang kemudian anak itu mengikuti tes UTBK untuk mengikuti pendaftaran SBMPTN, sebagai konseksuensinya anak itu tidak mengikuti acara perpisahan dan wisuda disekolahnya. Namun dengan usaha yang telah dilakukan anak itu takdir dan nasibnya masih berkata lain.

Dengan takdir dan nasib yang telah direncanakan oleh tuhan, ayah dari anak itu telah dibebaskan dari sel jeruji penjara, sehingga anak itu kembali senang. Lalu ayahnya bertanya, “Nak, bagaimana tes yang kamu ikuti ?”. ia menjawab dengan penuh rasa kecewa, ”Ayah, maafkan saya. Saya masih belum bisa mebuat ayah dan ibu bahagia dikarenakan segala tes yang saya ikuti tidak lolos”.Hari telah berganti, kemudian anak itu bermain kerumah temannya. Anak itu bercurhat kepada temannya bahwa ia tidak lolos mengikuti tes untuk masuk diperguruan tinggi, sedangkan temannya lolos untuk melanjutkan pendidikannya dijenjang yang lebih tinggi. Namun temannya memberi masukan dan support untuk mengikuti tes Mandiri Tulis di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan juga menyalurkan beasiswa BIDIKMISI.Teman anak itu berkata, “kawan coba kamu ikut tes Mandiri Tulis di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan juga menyalurkan beasiswa BIDIKMISI”.Ia menjawab, “baiklah kawanku, aku akan coba mengikuti tes tersebut dan juga menyalurkan beasiswa BIDIKMISI”.Setelah mengikuti tes tersebut, anak itu lolos mengikuti tes tersebut yang artinya anak itu diterima diperguruan tinggi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.Ia menyampaikan berita bahagia kepada keluarganya, “Alhamdulillah saya lolos bu, yah, kak”, katanya dengan penuh tawa yang lebar. Akan tetapi ayahnya berkata “tapi nak, jika beasiswa BIDIKMISI mu tidak lolos ayah harap kamu mundur dari pendidikan tersebut ya nak, bukan ayah tidak mau untuk membiaya pendidikanmu akan tetapi ayah tidak ada dana untuk membiayaimu nak”. Raut wajah anak tersebut kembali murung dan sedih.Ia hanya bisa berharap dan berdoa kepada tuhan setelah ia melakukan usaha dan bekerj keras untuk menggapainya. Kemudian keesokan harinya pengumuman beasiswaBIDIKMISI diumumkan dan nama anak itu juga terlampir didalamnya.

Pesan moral : berusahalah, berdoalah, berjuanglah dan bertawakkallah kepada-Nya, jangan pernah bosan untuk meminta restu dan ridho orang tua, jangan pernah berputus asa sekali telah menjadi keinginan maka wujudkan, walaupun segala rintangan menghalaginya. sebab takdir dan nasib seseorang bagi-Nya begitu nyata dan indah. Sedangkan bagi hambanya takdir dan nasib begitu sangat abstrak untuk diraba dan dipandang.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

recent

Recent Posts

Total Pengunjung

Kritik dn Saran

Nama

Email *

Pesan *