sumber : anchor.fm |
Oleh : Muhammad Sabit Munawwar
Aku tidak tahu standar seperti apa sehingga seseorang dikatakan menderita. Begitupun sebaliknya, standar seperti apa sehingga seseorang dikatakan Bahagia. Ya, semua itu tergantung presepsi seperti apa orang memandang penderitaan dan kebahagiaan. Namun, aku masih kagum dengan orang yang serba kekurangan dalam hidupnya, tetapi ia begitu merasa bahagia dalam menjalani hidup. Dan aku masih heran dengan orang yang serba terpenuhi hidupnya, tetapi ia begitu merasa menderita dalam menjalani hidup. Jadi Kembali lagi, itu soal presepsi. Aku adalah salah satu penerima beasiswa bidikmisi di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 2019. Aku berasal dari keluarga yang bisa dikatakan kurang mampu di sebuah desa di Cilacap. Aku putra ke4 dari seorang ayah yang sehari-hari kerjanya harus ke ladang untuk bertani, dan ke pasar untuk menjual hasil ladangnya, dengan hasil yang bisa dikatakan tidak menentu. Dan aku adalah putra ke 4 dari seorang ibu, yang sehari-harinya mengurus keluarganya, tidak jarang pula ia turut membantu ayah di ladang. Ntah kadang aku berpikir betapa lelahnya mereka dengan kesehariannya itu.
Aku anak bidikmisi, tapi apa aku berbeda dengan orang lain. Ya tentu tidak, dalam hal perkulihan dan setiap kesempatan sudah pasti semua mahasiswa memiliki kesempatan yang sama, namun ada beberapa kemungkinan pada kesempatan itu. Kita ambil kesempatan itu dan kita mendapatkannya, atau kita ambil kesempatan itu tapi itu bukan kesempatan untuk kita. Atau yang paling parah kita tidak mengambil kesempatan apa apa selama menyandang nama mahasiswa. Memang anak bidikmisi diharuskan untuk membalas budi kepada rakyat, karena kami, mahasiswa bidikmisi bisa sampai ke titik ini, sampai menyandang nama mahasiswa karena uang rakyat Indonesia. Jadi sudah sepantasnya anak bidikmisi harus menjadi bibit-bibit unggulan yang kelak akan menanggung beban bangsa dan negara yang pundaknya. Untuk yang saat ini kami perjuangkan adalah ip setiap semesternya yang tidak boleh dibawah 3.00. ya memang seperti itu, anak bidikmisi harus memiliki intelektual yang tinggi. Namun, bagi mahasiswa, bukan hanya intelektual yang perlu diperjuangkan. Banyak kesempatan yang sangat bermanfaat jikalau kita benar-benar memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Menjadi mahasiswa organisatoris, menjadi mahasiswa berprestasi.
Tahun ini adalah tahun keduaku menjalani perkuliahanku di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Memang aku harus mengakui selama dua tahun ini aku masih merasa menjadi mahasiswa yang biasa biasa saja. Masih belum bisa membanggakan diri pada orang lain. Walau begitu bukan berarti aku sudah berhenti berjalan, bukan berarti aku sudah berhenti untuk berusaha untuk melankah maju, walau setiap Langkah yang dilalui itu penuh perjuangan. Kita sebagai anak bidikmisi harus bisa membuktikan bahwa kita juga bisa berkompetisi dan memiliki peluang yang sama besarnya dengan seluruh mahasiswa.
Begitu banyak anak bidikmisi yang mencetak prestasi baik dalam akademik maupun non akademik, sampai ke perlombaan nasional bahkan internasional. Hal itu seharusnya menjadi sumber kekuatan dan sumber semangat. Dimana kita bisa menjadikan beliau-beliau yang berprestasi sebagai role model hidup kita, menjadi inspirasi dalam hidup kita, sehingga kedepannnya kita akan berusaha untuk mengikuti jejak mereka yang berprestasi, atau bahkan kita akan memiliki lebih banyak prestasi dari pada beliau-beliau. Ya semua itu Kembali ke dirikita masing-masing, selama kita berusaha dan mendalami hal yang kita kuasai, pasti kita akan mendapat manfaat yang begitu banyaknya. Tidak lupa pula, untuk kita selalu berdoa, karena pada hakikatnya kesuksesan, kebahagiaan itu adalah nikmat pemberian dari Tuhan Yang Maha Esa.
Untukmu para penerima bidikmisi, terus berjuang, Jangan jadi mahasiswa yang kuliah pulang kuliah pulang. Ayo kita cari ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya. Jangan biarkan uang kuliah dan uang saku yang rakyat berikan kepadamu itu sia-sia, mari kita buktikan bahwa negara tidak salah dalam memilih kita untuk menjadi penerima bidikmisi. Mari kita buktikan dengan nilai ip kita setiap semesternya, mari kita buktikan dengan prestasi akademik maupun non akademik, mari kita buktikan dengan perjuangan kita mencari pengalaman selagi masih di bangku perkuliahan, mari kita buktikan pada beberapa tahun kedepan kita pantas untuk diberi amanah negara pada Pundak kita.
0 komentar:
Posting Komentar