UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Sabtu, 01 Mei 2021

Menggapai Mimpi dengan Bidikmisi

Sumber : Ipmalmilah.com
Oleh : Siti Aminah

        Kisah perjuanganku dimulai dari kelas 12 SMA. Kalian pasti tahu, kelas 12 itu sudah waktunya serius memikirkan tujuan kita selanjutnya. Apakah mau menempuh pendidikan atau ingin bekerja, atau mungkin ingin menambah skill khusus dengan mengikuti kursus tertentu. Aku adalah satu dari sekian anak yang ingin melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Aku sama dengan teman-temanku kala itu, yang semangat mencari informasi mengenai jurusan dan Perguruan Tinggi yang bagus. 

Kala itu, aku ingin masuk jurusan pertanian di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Salah satu yang melatarbelakangiku memilih jurusan pertanian adalah keluarga. Aku adalah anak yang terlahir dari keluarga petani. Mulai dari kakek, nenek, ayah, ibu, paman, pak dhe semuanya adalah petani. Yaps, begitulah kehidupanku. Lantas kenapa aku memilih UGM? Entah apa alasanku waktu itu aku memilih UGM, mungkin karena universitas tersebut bagus dan keren. Pemikiranku yang sangat sempit kala itu. 

Pemikiran itu tidak hanya sekadar impian tanpa ikhtiar. Aku berusaha untuk mewujudkannya. Aku mendaftar jurusan pertanian tepatnya Agribisnis dan Teknologi Pertanian di UGM. Namun ternyata, belum rezekiku. It’s okay, Allah sudah menyiapkan jalan terbaik untukku tapi bukan di UGM. Kata-kata itu yang selalu kuucapkan untuk menenangkan diriku sendiri. Tidak berhenti di situ aku mencoba mendaftar PMDK di Politeknik Jember dengan jurusan sama yaitu pertanian juga. Kulalui segala proses administrasi yang lumayan rumit. Hingga ada kejadian yang membuatku agak kecewa tetapi membuatku bersyukur di kemudian hari yaitu meminta legaliser rapor kepada kepala sekolah. Kita tahu, bahwa meminta legalisir rapor tidaklah mudah. Harus melalui tahapan-tahapan dan memrlukan proses yaitu antri dan menunggu kepala sekolah ada di sekolah. Dan ternyata ketika aku mendaftar di Politeknik Jember tidak memerlukan legalisir rapor. Kala itu, aku merasa apa yang kulakukan sia-sia. Suatu hari aku akan menyadari bahwa tidak ada yang sia-sia di dunia ini.

Kegagalan untuk kedua kalinya kurasakan di sini. It’s okay, jalanku bukan di situ. Kata-kata yang kuucap untuk membuat hatiku tenang. Lalu aku mengikti tes UTBK dengan segala rangkaian tahapan tes yang memang tidak bisa dibilang simple. Setelah mengikuti tes UTBK, aku tidak berhenti belajar. Aku mulai belajar menyiapkan untuk mengikuti tes STAN. Kenapa aku ikut tes STAN, yak arena keinginan orang tuaku, khusunya ayahku. Beliau sangat menginginkan masuk STAN. Sejujurnya matematika adalah kelemahanku. Walaupun demikian, aku tetep berjuang untuk belajar. Ketika itu, di pikiranku hanyalah coba dulu, kalau belum coba, kamu tidak akan tahu hasilnya. Niatkan saja untuk memenuhi keinginan orang tua. Jadi, walaupun aku tahu matematika bukan bidangku, aku tetap memaksakan diriku untuk belajar demi keinginan orang tua. Setidaknya aku harus mencoba dulu, hasil itu urusannya Allah, tugas kita hanya ikhtiar lahir dan batin. 

Tepat sehari setelah pulang dari tes UTBK, aku mendapat berita kegagalanku yang ketiga yaitu aku tidak lolos UTBK. Di UTBK juga masih memilih jurusan pertanian. Setelah ketidakberhasilanku masuk universitas melalui 3 jalur tersebut membuatku down. Aku merasa seperti orang yang gagal dimanapun, apa tidak ada universitas yang bisa meerimaku. Aku merasa telah mengecewakan kedua orang tuaku. Aku sangat ingat kata-kata ayahku padaku waktu itu “bagaimanapun kamu harus tetap kuliah”. Dari situ, aku memutuskan untuk terus melanjutkan perjuangan. Belum saatnya aku berhenti di sini. Jangan banding-bandingkan hidupmu dengan orang lain. Aku bingung mau mengikuti jalur apalagi. Dulu aku sangat menghindari jalur mandiri karena jalur tersebut identik dengan kata ‘mahal’. Tapi apalah dayaku yang mau tidak mau harus memilih jalur itu. Aku mencari jalur mandiri tanpa uang UKT. 

Lalu tiba-tiba salah satu temanku mengirim pesan padaku, dia senasib denganku yang juga masih harus melanjutkan perjuangan untuk masuk universitas. Temanku ini mengajakku untuk mendaftar mandiri di UIN. Entah ini suatu pertanda atau bagimana, yang pasti itu adalah rahasia Allah SWT. Aku sudah memiliki firasat dari aku mengikuti tes STAN, entah kenapa aku tiba-tiba mengucapkan bahwa jika aku tidak lolos UTBK aku akan daftar di UIN. Hal itu diperkuat dengan ajakan temanku yang tadi mengrim pesan padaku. Ketika aku tidak tahu mau mengambil jurusan apa di UIN, mau daftar di UIN mana. Aku tidak tahu, yang kutahu hanyalah aku harus daftar UIN. aku yakin itu adalah petunjuk dari Allah SWT kepadaku berupa keyakinan hati. 

Aku tidak henti-hentinya untuk istikharah, dan aku memutuskan untuk mendaftar mandiri di UIN Malang, jurusan PAI. Dulu ketika aku SMP, aku pernah bilang bahwa aku tidak mau menjadi guru, kalaupun aku mau jadi guru, ya guru Agama. Tapi hal itu tidaklah mungkin , karena aku dari lulusan SMA, yang pastinya pengetahuan agama sangatlah kurang, bagaimana aku bisa menjadi guru Agama. Tapi ternyata kenyataannya berbanding terbalik dengan pikiranku dulu. Aku akhrinya mendaftar PAI. Memang tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan kita ke depannya. 

Perjuangan tidak berhenti di situ, aku dikejutkan dengan biaya jika aku lolos mandiri di UIN Malang. Aku harus membayar kuarng lebih 15 juta di awal masuk termasuk biaya ma’had. Kemudian tiba-tiba temanku menyuruhku mencoba daftar bidikmisi. Sebuah harapan pun muncul agar aku bisa tetap kuliah tanpa membebani kedua orang tua. Yaps, Bidikmisi adalah jawabannya. Aku daftar bidikmisi H-1 penutupan, aku menyiapkan segalanya dengan serba cepat. Entah memang Allah sudah menyiapkan jalanku untuk bidikmisi di UIN Malang ini atau bagaimana. Legalisir rapor yang dulu tidak berguna untuk daftar PMDK di politeknik Jember, ternyata diperlukan di proses pendaftaran bidikmisi UIN Malang, jika waktu itu aku tidak legalisir rapor, mungkin aku tidak bisa mendaftar bidikmisi karena waktu yang sangat mepet untuk menyiapkan berkas-berkas. Karena waktu itu aku memutuskan daftar bidikmisi di hari Jum’at setelah jum’atan. Berkas harus sudah sampai di UIN Malang hari Senin. Dengan terbatasnya waktu, aku tidak bisa membayangkan jika waktu itu aku tidak daftar PMDK Politeknik Jember dan aku mengajukan legalisir rapor kepada kepla sekolah. Ketika itu, kepasrahan yang begitu besar kutanamkan dalam diri, jika memang rezekiku pastilah aku aka lolos bidikmisi. 

Ya kata-kata, ‘rezeki tidak akan tertukar’ itu sangatlah benar. Alhamdulillah, aku menerima kabar gembira berturut-turut, yang pertama aku dinyatakan lulus tes mandiri, dan yang kedua aku lolos bidikmisi. MasyaaAllah., rencana Allah memang begitu indah. Aku sangat bersyukur dengan adanya bidikmisi, jika aku tidak mendapat bidikmisi aku tidak tahu apakah aku bisa lanjut kuliah atau tidak karena biaya kuliah yang besar. Terimakasih ya Allah atas nikmat-Mu, terimakasih bdikmisi telah menjadikan aku sebagai bagianmu, terimakasih UIN Malang yang telah menerimaku di saat universitas lain menolakku. 


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

recent

Recent Posts

Total Pengunjung

Kritik dn Saran

Nama

Email *

Pesan *