sumber : elemenlmtb.com |
Oleh : LSO Infokom KBMB
Jarak
antara asrama dan dan gedung kuliah cukup jauh , mengharuskanku mempunyai
kendaraan untuk menghemat tenaga dan waktu. Jika membeli motor sudah pasti,
uang kiriman dari orangtuaku tidak cukup . Maka sepedalah yang jadi pilihanku.
Pagi
itu aku diantarkan kawanku Ali ke pasar
Comboran Kota Malang, pasar yang
terkenal dengan barang bekas alias loakan . Nampak sepanjang jalan terhampar
banyak bermacam-macam barang dari onderdil motor , alat-alat perkakas, Tas-tas
bekas, baju baju bekas dan semua hal
yang bekas-bekas.
Setiba
kami disana, aku tak melihat lapak sepeda satupun dan terus berjalan mengikuti
jalan besar kearah selatan . Sampailah pada toko sepeda bekas atau lebih tepat
disebut bengkel sepeda karena adanya tumpukan sepeda yang tumpang tindih
mengisi setengah dari lapak sepeda. Semua nampak kusam dan tak terawat .
“Pilih
yang mana mas , kalau yang Oren itu hanya 800 ribu , masih kuat “ Tawar Bapak
penjual berkumis baplang yang sedang sibuk mereparasi .
“Gimana
bang hisyam ? mau diambil ? “ Tanya Ali padaku.
Aku
kurang yakin dengan nasib sepeda oren ini disini. Aku khawatir ada kerusakan
meskipun sepeda ini nampak baik dari luarnya. Dan kesimpulannya , aku tak jadi
membeli sepeda disini.
Karena
tak mau mencari dengan kesia-siaan , Aku mengandalkan google maps untuk mencari
lapak sepeda dan khusus menjual sepeda bekas. Tampak ada titik-titik merah
menunjukan lokasi yang harus dituju.
Tak
disangka titik lokasi menunjukan tempat
yang sama yaitu Pasar Comboran, hanya saja kami agak berbelok ke kanan ke arah
Pasar Besar . Disanalah berderat panjang jajaran sepeda bekas . Sepeda ditempat
itu lebih terawat daripada lapak yang kukunjungi sebelumnya.
Agak
lama juga ku memerhatikan sepeda-sepeda , melihat detail merek, kondisi ban,
kinerja rem sekaligus menanyakan harga . Sampailah Aku dipenghujung deretan
sepeda dan belum menemukan sepeda yang cocok . Hingga aku melirik seorang bapak
yang merayu setiap pejalan kaki yang lewat . Dia juga merayuku sangat mataku
tertuju padanya.
Raut
mukanya tampak tabah, beliau sangat semangat dalam membujukku. Mau tak mau, Aku
mulai menanyakan harga sepeda satu persatu yang berderet .
“Yang
ini berapa pak ?” Tanyaku padanya.
“Dua
setengah mas !”
“Kalo
yang ini pak !”
“Lima
juta mas !”sergah bapak itu.
Mataku
tertuju pada sepeda poligon abu-abu yang terlihat jelek dari yang lain. “Kalau
yang ini pak “ Tanyaku lagi.
“Itu
cuma satu dua mas “
Maksud bapak itu adalah satu juta
dua ratus , tapi uangku tak cukup . Akhirnya aku ingin meninggalkan bapak itu.
Tiba-tiba bapak itu mencegah .
“Ini
barang ori , asli mas . Mungkin bisa dikurangi lima puluh” bapak itu menahanku.
“Mungkin
, saya mau lihat yang lain dulu pak”
“Kalau
lihat yang lain, lebih mahal mas! Yakin sama saya” tambah bapak itu .
“
Silahkan coba dulu , naiki saja yang jauh mas “ suruh bapak itu untuk mencoba
sepeda yang akui pilih. Agak berat saat kukayuh pedalnya tapi itu hanya masalah
perpindahan gigi pada gear.
Setelah agak jauh berapa meter kayuhannya makin ringan dan enak
dikendarai.
“Gimana
mas, mau ngambil ndak? “
“Bisa
kurang gak pak ?, saya cuma punya uang satu juta , baru ngambil dari bank tadi
“ Pintaku memelas. Bagaimanapun aku harus berhemat karena uang yang kupegang
juga dipakai untuk makan sehari-hari diasrama maupun kebutuhan perkuliahan
lainnya.
“Ya
wis ndak papa mas, sampeyan kuliah toh ? kalau gitu sembilan ratus aja wes ndak
papa”
“Beneran
Pak?”
“Iya mas, orang menuntut ilmu itukan jihad di
jalan Allah. Mudah-mudahan saya dapat pahala membantu sampeyan. Saya doakan
kalian jadi orang besar mas-mas iki. Tapi inget nanti kalau mas sudah menjadi
orang besar , jangan lupa ke orang kecil seperti saya , sering-sering
bersedekah . Semoga berkah kuliahnya mas , kalo lewat kesini lagi sama teman-teman jangan lupa
ke saya Pak Basri , Makasih ya mas “
Hatiku
terenyuh mendengar ucapan beliau, penampilannya yang sederhana dan tabah
seakan-akan mengharapkan kami sebagai mahasiswa menjadi orang besar yang tak
lupa asalnya . Hingga saat kuangkat sepeda ke motor temanku , beliau sempat
berlari membantuku untuk mengangkatnya
juga.
Begitulah
ucapan seorang penjual sepeda bekas pada mahasiswa sepertiku . Sepeda Kuliah
0 komentar:
Posting Komentar