UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Sabtu, 15 Mei 2021

Senja Menyeka Luka

 

Sumber : pixabay


Oleh : Ana Dwi Lestari

    Kisah bermula dari tawa seorang anak yang hilang akibat kecelakaan beberapa waktu lalu. Dia, seorang anak perempuan dengan wajah bagaikan cahaya, senyum manis dengan seribu bahagia. Namanya tak kalah cantik dengan wajah dan senyumnya, ya! Namanya senja. Seperti halnya senja yang dating dikala sore dan ditunggu banyak manusia. Senyumnya yang menawan pun menjadi dambaan setiap orang yang pernah berpapasan dengannya. Hingga suatu hari, luka menjadi salah satu alasan seluruh manusia menunggu kedatangannya.

    Setelah berperang dengan perasaannya sendiri demi kehidupannya, dia memilih membasuh luka yang telah menyelimuti selama beberapa waktu ini. “Mengapa aku harus bersedih, dikala aku bisa membuat orang tersenyum?”, Ucapnya saat mengajak berbicara dirinya sendiri. “Tapi bukankah kita harus membahagiakan diri sendiri sebelum orang lain?”, ucapnya lagi seakan luka tak ingin pergi dari dirinya.  Dia terlihat sedih lagi dengan segala pemikirannya.

    “Sayang, nanti kamu pasti bisa masuk perguruan tinggi dengan nilai yang sempurna! Ayah percaya dengan kamu, nak!”, ucap ayah senja yang saat ini sebagai supir mobil. Mereka hendak pergi untuk memberikan semangat senja yang akan melaksanakan ujian akhirnya. Anggap saja itu hadiah pertama untuk senja sebelum mereka memberikan hal lainnya.

    “Ayah, jangan lupa janji ayah untuk mengajak aku dan ibu pergi liburan ya!”, ucap senja di tengah perjalanan yang mengangkan. Pasalnya, jalanan ini sepi karen gerimis sudah mendominasi sejak pagi tadi. Entah mengapa, laju mobil tidak dapat di kurangi. Ayah senja pun berusaha untuk menghentikan mobil, namun tidak juga bisa. Ibu dan senja yang menyadari hal tersebut terlihat panica. Hanya doa saja yang mengiringi waktu-waktu itu. 

    Tepat saat tikungan tajam, ada sebuah truk yang melaju begitu kencang. Ayah senja berusaha keras agar mereka baik-baik saja. Namun naas, mobil tak tentu arah dan menabrak pembatas antara jalan dan jurang. Hari itu, saat itu juga, hujan menjadi saksi bisu atas kejadian itu dan senja benci hujan yang datang di kemudian hari.

    Senja terbangun dari lamunannya. Dia sadar bahwa tidak selamanya luka harus membayanginya. Tidak selamanya hujan membuat hari-harinya menjadi suntuk. Maka sejak saat itu, Senja mulai berdamai dengan masa lalunya. Senyumnya yang hilang kembali membuat orang lain terpukau. 

    Dia, bukanlah senja yang dulu. Bukan Senja yang cengen atau pun manja ketika keinginannya tidak lagi ada yang mengabulkan. Bukan juga Senja yang lemah dan menangis di malam hari dengan segala pengaduan kepada Tuhan. Tapi, Senja yang mampu mmebuat semua luka hilang dari dirinya. Senja yang mampu membuat hujan kembali memberikan aroma kenangannya dan Senja yang selalu di tunggu-tunggu kedatangannya oleh semua orang.

    “Untuk apa aku bersedih dengan hal-hal yang tidak akan aku dapatkan? Bukankah aku bisa berusaha untuk mendapatkan apa yang aku inginkan? Ayah dan ibu sudah berusaha yang terbaik untuk aku. Aku tidak ingin mengecewakan mereka yang mempunyai harapan besar kepadaku. Aku, aku ingin melihat mereka tersenyum dengan segala usahaku meskipun itu tidak mungkin. Luka yang ku rasa bukanlah hal yang di inginkan mereka di hari-hariku. Hujan pun pasti rindu dengan puisi manisku untuknya.” Pikir Senja sebelum ;uka benar-benar pergi dari dirinya.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

recent

Recent Posts

Total Pengunjung

Kritik dn Saran

Nama

Email *

Pesan *