UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Senin, 31 Mei 2021

PATAH HATI NASIONAL

 
sumber : merdeka.com
Oleh : Feni Putri Amartha

Patah hati nasional? Kata yang tidak asing bagi kita para pejuang pendidikan, para pejuang ilmu. Bisa dikata karna Kata Patah Hati Nasioanal sering atau bahkan digunakan ketika para pejuang ilmu tidak bisa masuk diperguruan tinggi atau sekolah yang diharapkan. Ini mengenai patah hati pertama saya untuk saya bagikan sebagai motivasi para pejuang sarjana.

Dimulai ketika duduk dibangku SMA saya bermimpi sesudah lulus nanti untuk masuk perguruan tinggi yang saya harapkan sejak masih dibangku Sekolah Dasar. Kala itu saya ingin bisa kuliah dikampus Top Malang yaitu Universitas Brawijaya. Hanya itu dibenak kepala yang terbesit. Hanya satu kampus itu harapan dan impian yang ingin dicapai.

Sekolah saya adalah Lembaga Yayasan Nuruddiniyah, sudah pasti lembaga swasta. Banyak yang berpikir jika lembaga swasta sulit sekali untuk masuk perguruan tinggi yang bagus. Dan itu saya rasa cukup realistis, apalagi sekolah yang tidak terlalu terkenal. Namun, itu alasan saya agar bisa membawa nama lembaga saya untuk bangkit, dan menghilangkan persepsi yang demikian.

Semester Genap kelas XII di bangku SMA sudah mulai berjalan, para guru sudah banyak yang bertanya setelah lulus akan melanjutkan kemana. Beliau para guru hanya bisa memberikan keridho’an untuk anak didiknya agar sukses dunia dan akhirat. Mereka akan bangga dengan kesuksesan apapun dari murid-muridnya. Sayapun teringat kembali akan impian saya untuk masuk di UB. Agar dapat mewujudkan semua itu saya berusaha menggali informasi secara mandiri dan mencari dukungan motivasi.

Patah Hati pertama dan mungkin itu adalah rejeki saya, ketika pendaftaran perguruan tinggi pihak dari sekolah tidak melakukan validasi untuk kami yang ingin melanjutkan kuliah. Sehingga saya dan teman-teman tidak dapat mendaftar karna nama kami tidak bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya. Impian UB pun sudah menyusut, harapan sudah terasa pupus.

Walau hal itu terjadi, dan impian sejak dini saya ikhlaskan pergi. Saya kembali mencari informasi mengenai perguruan tinggi di malang. Dan selain UB, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang muncul dan merayu saya untuk bisa masuk dan bergabung sebagai Mahasiswa dilingkup keagamaan. Guru Bimbingan Konseling (BK) saya membantu saya dan teman-teman untuk bisa masuk diperguruan tinggi Islam. Karena


perguruan tinggi Kemendikbud nama-nama kami akan tertolak di awal pemberkasan.

Hal kecil yang berdampak besar sekali bagi kami. Karena pihak sekolah yang lupa input nama-nama kami, kamipun harus berserah diri dan memendam impian di kampus harapan.

Karena semangat dan tekad untuk tetap melanjutkan pendidikan. Saya dan teman-teman mencoba tahap pertama jalur pendaftaran perguruan tinggi Islam yang bermodalkan nilai raport. Ketika hasil dari pendaftaran jalur pertama sudah muncul, patah hati keduapun kembali terasa. Saya dan teman-teman tidak ada satupun yang lulus. Sayapun selalu berprasangka baik, bahwa semua itu untuk menunjukkan bahwa perjalanan yang harus dijalani tidak mudah. Apalagi beribu-ribu calon mahasiswa yang ingin sama-sama melanjutkan pendidikan. Sayapun sudah bangga walau hasil belum saya rasakan namun, menjadi bagian dari puluhan ribu calon mahasiswa adalah hal yang luar biasa yang dapat saya banggakan.

Tidak puas jika berhenti ditengah jalan, sayapun mencoba untuk melanjutkan perjalanan di tahap kedua, saya mendaftarkan diri di tahap kedua melalui Test. Dengan harapan tidak ingin merasakan patah hati yang ketiga kalinya. Saya sangat

bersungguh-sungguh agar bisa diterima di UIN Malang. Memang betul sekali, bahwa tidak ada kesuksesan yang mudah. Semua kesuksesan pasti melalui sebuah proses yang menyakitkan.

Jadwal test sudah mulai semakin didepan mata, tetapi khawatir akan patah hati mulai menghantui setiap waktunya. Entah keajaiban dan baiknya Allah kepada saya, sebelum penutupan pendaftaran tahap kedua ditutup, saya melihat di internet bahwa pendaftaran bidikmisi atau KIP K ternyata sudah bisa diakses. Hanya modal niat saja, saya memberanikan diri izin kepada orang tua dan mencoba menyelesaikan data-data

formulir dalam waktu tiga hari. Padahal semua berkas yang dibutuhkan sangat banyak, namun rejeki yang Allah berikan tidak pernah tertukar. Saya bisa menyelesaikan waktu tiga hari yang saya punya untuk menyempurnakan data-data pengajuan bidikmisi tersebut.

Setelah Ujian test perguruan selesai, tinggallah menunggu hasil apa yang akan saya dapatkan. Dan waktu telah sampai dimana pengumuman diterimanya menjadi Mahasiswa sudah keluar. Seperti orang yang takut sekali kecewa, ketika sudah mengakses hasil pengumuman dan sebenarnya bisa saja langsung tau hasilnya. Saya mencoba menutupi layar handphone untuk mengintip saja dari pada melihat langsung hasil yang sudah keluar. Namun, memang semua itu sudah rencana dari Allah.         Alhamdulillah saya dinyatakan lulus dan masuk dalam Program studi Hukum Tata Negara. Patah hati saya sudah terbalaskan. Saya sangat-sangat bersyukur dan bahagia mendapatkan kepercayaan itu. Tidak berhenti disitu, Allah Maha baik. Saya mendapatkan kesempatan untuk menerima KIP K, padahal saya sudah sangat bersyukur bisa diterima di tahap kedua, namun Allah tambahkan rejeki untuk saya berlipat ganda.

Itulah, kisah perjuangan patah hati nasional saya. Selagi kita bersungguh-sungguh Allah tidak

akan tidur melihat kerja keras kita. Semoga kisah ini menjadi inspirasi kita semua, tetap semangat dan terus berdoa.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

recent

Recent Posts

Total Pengunjung

Kritik dn Saran

Nama

Email *

Pesan *