UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Sabtu, 01 Mei 2021

SENYUM INDAH SANG BIDADARI BULAN RAMADHAN

 

Sumber : suara.com

Oleh : Divisi Keagamaan KBMB

"Bunda, puasa itu wajib ya? Kata bu guru lla, puasa itu wajib buat semua muslim," tanya Nabila sepulang sekolah. " Ila juga mau ikutan puasa ah, supaya dapat pahala dan masuk syurga,"lanjutnya.

"Ila mau masuk syurga, Nda. Ila mau jumpa Allah," ia masih melanjutkan kalimat penuh antusias dari bibir mungilnya. "Kalau lla masuk syurga, lla bisa jumpa ayah ya, Nda?Tapi nanti siapa yang jagain Bunda?"

Aku hanya tersenyum mendengar celotehannya, seperti biasa ia akan terus berceloteh riang tanpa henti. "lya sayang, jadi lla juga mesti belajar puasa dari sekarang ya, supaya Allah makin sayang sama Ila," sahutku bahagia mendengar semangat putri kecilku itu.

Ketika mengantarnya tidur, ia kembali mengingatkan untuk membangunkannyasaat sahur nanti. la berbisik di telingaku saat aku mengecup keningnya di tempat tidur, "Nda, kalau besok lla puasa penuh, do'ain lla cepat jumpa ama Allah ya," pintanya polos.

Deg!  Ada perasaan lain yang menyergapku.  Ah, segera kutepis rasa aneh itu.  Seharusnya aku bersyukur ia tidak seperti teman-teman sebayanya yang sulit diajak belajar berpuasa.  Aku mengiyakan dan hanya mengangguk dalam diam, ribuan syukur kupanjatkan padaNya karena telah menganugerahkanku seorang putri kecil yang luar biasa.

Di sepertiga terakhir malamku, kembali kutumpahkan airmata kesyukuran atas karunianya memberiku Nabila di sebuah episode kehidupanku.Kuhiba segunung pinta agar Dia selalu menjaganya di tiap desah nafas yang la berikan.  Tiada lain yang kuinginkan selain menjadikan putriku seorang wanita shalihah bidadariMU di dunia.

Nabila terlihat begitu bersemangatnya menyantap sahurnya.la mengambil sayur yang biasa enggan disentuhnya tanpa kuminta.  Benar-benar sahur pertama yang begitu berkesan bagiku, sama seperti sahur pertama beberapa tahun lalu saat aku merasakan berpuasa pertama dengan status baruku sebagai seorang istri dari lelaki pilihan yang dipilihkanNya.

Pagi ini, sebelum mengantar Nabila ke sekolah, kusempatkan mampir ke toko peralatan kue untuk membeli beberapa bahan yang kubutuhkan.  Kuajak Nabila turun dan kugandeng ia masuk ke dalam toko.  Aku sibuk memilih beberapa bahan hingga tak sadar bahwa Nabila tak lagi di sampingku.

Tiba-tiba kudengar beberapa wanita menjerit dan orang-orang berlarian di luar toko.Aku tersadar Nabila tak ada di dekatku.Aku panik dan ikut berlari ke luar karena aku tak bisa memasak di dalam toko.

Aku berlari ke arah kerumunan orang ramai dan sewaktu-waktu kurasakan bumi seolah berhenti berputar.Bumi tempatku berpijak seakan-akan segenap kemampuanku yang menarik tuk bergerak.Di depanku, Nabila tergeletak dengan baju seragam putihnya yang berlumuran darah.

Segera kudekap ia erat dan menggendongnya sigap.  Aku dibantu beberapa orang di sekitar lokasi segera escap buah hatiku ke rumah sakit.Di dalam mobil kudengar orang-orang mengatakan bahwa putriku adalah korban tabrak lari.

Sungguh aku tak peduli bagaimana kejadian sebenarnya atau siapa pun pelakunya, bagiku saat ini yang terpenting adalah menyelamatkan nyawa putri mungilku.Sepanjang perjalanan, tak hentinya aku beristighfar dan ajakan bicara putriku dan memintanya bertahan.

Nabila mengeluarkan desah-desah kecil yang berusaha kutangkap, "Nda, sakit.Kepala lla, Nda."  Jelas terlihat ia menahan sakit yang tak tertahankan. 

Sekuat tenaga berusaha menyimpan tangisan yang sudah menyesak di dada.  Aku tak boleh terlihat menangis karena itu akan membuatnya lebih sakit dan panik.  Aku harus terlihat tenang agar semangatnya muncul untuk berjuang melawan sakitnya.

 "Ila sabar ya sayang, kita hampir ke rumah sakit. Bunda tahu anak bunda kuat, la harus bertahan ya sayang, Allah pasti bantu lla sembuh," ah, derai itu sulit sekali terbendung saat melihat raut wajah bidadari kecilku yang pucat  menahan sakit.  Darah terus mengalir dari pelipisnya.

Ila? "Parau suaranya masih bisa terdengar di telingaku.

Sebuah senyuman tersungging di bibir mungilnya. Senyuman terindah yang pernah ia punya. Ah, semakin erat dekapanku seolah ia tak ingin kulepaskan lagi.

 Aku seolah terseret ke peristiwa 2 tahun silam saat aku berada di posisi  mendekap seseorang yang sudah menjadikanku permaisuri di taman hatinya meregang nyawa sebuah mobil menabraknya tepat di depan pintu gerbang setelah mengantarkanku ke sekolah tempatku mengajar.

Masih terpahat di ingatan, senyuman terakhir yang diberikannya sakit itu.Ya Rabb, kuatkan hamba.rumah sakit, la segera dilarikan ke ruang gawat darurat Dokter memintaku untuk menunggu di depan ruang operasi karena ternyata Ila harus segera dioperasi disebabkan pendarahan hebat di kepala dan punggungnya.

Aku merasa detik demi detik merambat begitu lambat di ruang tunggu itu.  Setelah hampir 2 jam menghabiskan waktu dengan perkiraan yang sulit digambarkan di depan ruang operasi itu, akhirnya aku tahu langkahku ke arah mushala di ujung koridor tuk mengadukan segala gundah yang kurasakan di atas sajadah cintaNya. 

Setulus kalbu kupinta dan kurayu pada sang pemberi nafas nafas agar menyembuhkan putri kecilku.  Namun di sebalik semua itu, aku hanya meminta yang terbaik dariNya untuk cahaya mataku itu, karena aku yakin apa pun yang diputuskannya, maka itu adalah yang terbaik milik, untukku, dan untuk semuanya.

Aku hanya meminta Dia memberiku kekuatan melalui semua ini.Ketenangan semakin kurasakan saat lirih ayat-ayat cintaNya itu kulafadzkan lirih.Ada rasa damai yang tiba-tiba hadir menyelusup di sanubari.

 Kembali ke ruang tunggu kujumpai seorang wanita separuh baya yang kurasakan juga sedang menghadapi gundah yang sama.  Ah, ruang ini, bangunan ini, seakan airmata, kegelisahan, dan pengurangan tersketsa di tiap sudut rumah sakit.

Setelah hampir 4 jam menunggu kesimpulan yang menggambarkan, dokter itu ke luar dan menatapku dengan tatapan sendu.  Aku hafal sekali tatapan itu, tatapan yang sama saat lelaki yang telah menjadikanku seorang ibu itu dibawa ke ruang operasi, tatapan serupa saat wanita yang menjadi perantara hadirku ke dunia harus melawan maut di meja operasi itu.  Ya Allah, kupinta kekuatan dariMU."Nda, kalau besok lla puasa penuh, do'ain lla cepat jumpa ama Allah ya," terdengar lagi pintanya semalam.  Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un ..

Kulihat wajah Nabila pucat seperti kapas, namun di wajahnya senyum manis itu tak jua sirna, tak lagi kulihat sebuah derita di sana, yang tersisa hanya sebuah senyuman yang mengiringinya menghadapi sang pemilik kehidupan. 

Senyum yang juga diberikan saat ia pergi meninggalkan dunia fana ini.  Airmata tak lagi bisa kubendung saat kutatap lekat wajah bidadari kecilku itu, seolah ingin kupahat wajahnya di dinding hati agar sketsa itu takkan pernah pudar tuk selamanya.

Selamat jalan, sayang.Kau pergi disaat mulia, disaat kau mulai meraba arti kehidupan di usiamu yang belia, disaat kau mulai tertatih belajar mencintaiNya, di Ramadhanmu yang pertama.  Kau dapatkan kebahagiaan orang yang berpuasa, kebahagiaan akan perjumpaan denganNya. 

Bunda mencintaimu, nak.Sangat, namun ternyata cintanya padamu telah menguntum saat cinta bunda masih berputik.  Bunda sadar cintaNya akan lebih bisa membuatmu bahagia.  Dia jauh lebih mencintaimu, sayang.

Hingga Dia tak rela kau dibius cinta dunia, karena itu la ingin kau ada di sisiNya.  Bunda janji, bunda akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa melakukanmu lagi.  Do'akan bunda, ya nak.Bunda sayang lla, nak.

 

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

recent

Recent Posts

Total Pengunjung

Kritik dn Saran

Nama

Email *

Pesan *