|
Sumber : suara.com |
Oleh : Divisi Keagamaan KBMB
"Bunda, puasa itu wajib
ya? Kata bu guru lla, puasa itu wajib buat semua muslim," tanya Nabila
sepulang sekolah. " Ila juga mau ikutan puasa ah, supaya dapat pahala dan
masuk syurga,"lanjutnya.
"Ila mau masuk syurga,
Nda. Ila mau jumpa Allah," ia masih melanjutkan kalimat penuh antusias dari bibir mungilnya. "Kalau lla masuk syurga, lla bisa
jumpa ayah ya, Nda?Tapi nanti siapa yang jagain Bunda?"
Aku hanya tersenyum
mendengar celotehannya, seperti biasa ia akan terus berceloteh riang tanpa
henti. "lya sayang, jadi lla juga mesti belajar puasa dari sekarang ya,
supaya Allah makin sayang sama Ila," sahutku bahagia mendengar semangat
putri kecilku itu.
Ketika mengantarnya tidur,
ia kembali mengingatkan untuk membangunkannyasaat sahur nanti. la berbisik di
telingaku saat aku mengecup keningnya di tempat tidur, "Nda, kalau besok
lla puasa penuh, do'ain lla cepat jumpa ama Allah ya," pintanya polos.
Deg! Ada perasaan lain yang menyergapku. Ah, segera kutepis rasa aneh itu. Seharusnya aku bersyukur ia tidak seperti
teman-teman sebayanya yang sulit diajak belajar berpuasa. Aku mengiyakan dan hanya mengangguk dalam
diam, ribuan syukur kupanjatkan padaNya karena telah menganugerahkanku seorang
putri kecil yang luar biasa.
Di sepertiga terakhir
malamku, kembali kutumpahkan airmata kesyukuran atas karunianya memberiku
Nabila di sebuah episode kehidupanku.Kuhiba segunung pinta agar Dia selalu
menjaganya di tiap desah nafas yang la berikan.
Tiada lain yang kuinginkan selain menjadikan putriku seorang wanita
shalihah bidadariMU di dunia.
Nabila terlihat begitu
bersemangatnya menyantap sahurnya.la mengambil sayur yang biasa enggan
disentuhnya tanpa kuminta. Benar-benar
sahur pertama yang begitu berkesan bagiku, sama seperti sahur pertama beberapa
tahun lalu saat aku merasakan berpuasa pertama dengan status baruku sebagai
seorang istri dari lelaki pilihan yang dipilihkanNya.
Pagi ini, sebelum mengantar
Nabila ke sekolah, kusempatkan mampir ke toko peralatan kue untuk membeli beberapa
bahan yang kubutuhkan. Kuajak Nabila
turun dan kugandeng ia masuk ke dalam toko.
Aku sibuk memilih beberapa bahan hingga tak sadar bahwa Nabila tak lagi
di sampingku.
Tiba-tiba kudengar beberapa
wanita menjerit dan orang-orang berlarian di luar toko.Aku tersadar Nabila tak
ada di dekatku.Aku panik dan ikut berlari ke luar karena aku tak bisa memasak
di dalam toko.
Aku berlari ke arah
kerumunan orang ramai dan sewaktu-waktu kurasakan bumi seolah berhenti
berputar.Bumi tempatku berpijak seakan-akan segenap kemampuanku yang menarik
tuk bergerak.Di depanku, Nabila tergeletak dengan baju seragam putihnya yang
berlumuran darah.
Segera kudekap ia erat dan
menggendongnya sigap. Aku dibantu
beberapa orang di sekitar lokasi segera escap buah hatiku ke rumah sakit.Di
dalam mobil kudengar orang-orang mengatakan bahwa putriku adalah korban tabrak
lari.
Sungguh aku tak peduli
bagaimana kejadian sebenarnya atau siapa pun pelakunya, bagiku saat ini yang
terpenting adalah menyelamatkan nyawa putri mungilku.Sepanjang perjalanan, tak
hentinya aku beristighfar dan ajakan bicara putriku dan memintanya bertahan.
Nabila mengeluarkan
desah-desah kecil yang berusaha kutangkap, "Nda, sakit.Kepala lla,
Nda." Jelas terlihat ia menahan
sakit yang tak tertahankan.
Sekuat tenaga berusaha
menyimpan tangisan yang sudah menyesak di dada.
Aku tak boleh terlihat menangis karena itu akan membuatnya lebih sakit
dan panik. Aku harus terlihat tenang
agar semangatnya muncul untuk berjuang melawan sakitnya.
"Ila sabar ya sayang, kita hampir ke
rumah sakit. Bunda tahu anak bunda kuat, la harus bertahan ya sayang, Allah
pasti bantu lla sembuh," ah, derai itu sulit sekali terbendung saat
melihat raut wajah bidadari kecilku yang pucat
menahan sakit. Darah terus
mengalir dari pelipisnya.
Ila? "Parau suaranya
masih bisa terdengar di telingaku.
Sebuah senyuman tersungging
di bibir mungilnya. Senyuman terindah yang pernah ia punya. Ah, semakin erat
dekapanku seolah ia tak ingin kulepaskan lagi.
Aku seolah terseret ke peristiwa 2 tahun silam
saat aku berada di posisi mendekap
seseorang yang sudah menjadikanku permaisuri di taman hatinya meregang nyawa
sebuah mobil menabraknya tepat di depan pintu gerbang setelah mengantarkanku ke
sekolah tempatku mengajar.
Masih terpahat di ingatan,
senyuman terakhir yang diberikannya sakit itu.Ya Rabb, kuatkan hamba.rumah
sakit, la segera dilarikan ke ruang gawat darurat Dokter memintaku untuk
menunggu di depan ruang operasi karena ternyata Ila harus segera dioperasi
disebabkan pendarahan hebat di kepala dan punggungnya.
Aku merasa detik demi detik
merambat begitu lambat di ruang tunggu itu.
Setelah hampir 2 jam menghabiskan waktu dengan perkiraan yang sulit
digambarkan di depan ruang operasi itu, akhirnya aku tahu langkahku ke arah
mushala di ujung koridor tuk mengadukan segala gundah yang kurasakan di atas
sajadah cintaNya.
Setulus kalbu kupinta dan
kurayu pada sang pemberi nafas nafas agar menyembuhkan putri kecilku. Namun di sebalik semua itu, aku hanya meminta
yang terbaik dariNya untuk cahaya mataku itu, karena aku yakin apa pun yang
diputuskannya, maka itu adalah yang terbaik milik, untukku, dan untuk semuanya.
Aku hanya meminta Dia
memberiku kekuatan melalui semua ini.Ketenangan semakin kurasakan saat lirih
ayat-ayat cintaNya itu kulafadzkan lirih.Ada rasa damai yang tiba-tiba hadir
menyelusup di sanubari.
Kembali ke ruang tunggu kujumpai seorang
wanita separuh baya yang kurasakan juga sedang menghadapi gundah yang
sama. Ah, ruang ini, bangunan ini,
seakan airmata, kegelisahan, dan pengurangan tersketsa di tiap sudut rumah
sakit.
Setelah hampir 4 jam
menunggu kesimpulan yang menggambarkan, dokter itu ke luar dan menatapku dengan
tatapan sendu. Aku hafal sekali tatapan
itu, tatapan yang sama saat lelaki yang telah menjadikanku seorang ibu itu
dibawa ke ruang operasi, tatapan serupa saat wanita yang menjadi perantara hadirku
ke dunia harus melawan maut di meja operasi itu. Ya Allah, kupinta kekuatan dariMU."Nda,
kalau besok lla puasa penuh, do'ain lla cepat jumpa ama Allah ya,"
terdengar lagi pintanya semalam. Inna
lillahi wa inna ilaihi raji'un ..
Kulihat wajah Nabila pucat
seperti kapas, namun di wajahnya senyum manis itu tak jua sirna, tak lagi
kulihat sebuah derita di sana, yang tersisa hanya sebuah senyuman yang
mengiringinya menghadapi sang pemilik kehidupan.
Senyum yang juga diberikan
saat ia pergi meninggalkan dunia fana ini.
Airmata tak lagi bisa kubendung saat kutatap lekat wajah bidadari
kecilku itu, seolah ingin kupahat wajahnya di dinding hati agar sketsa itu
takkan pernah pudar tuk selamanya.
Selamat jalan, sayang.Kau
pergi disaat mulia, disaat kau mulai meraba arti kehidupan di usiamu yang
belia, disaat kau mulai tertatih belajar mencintaiNya, di Ramadhanmu yang
pertama. Kau dapatkan kebahagiaan orang
yang berpuasa, kebahagiaan akan perjumpaan denganNya.
Bunda mencintaimu,
nak.Sangat, namun ternyata cintanya padamu telah menguntum saat cinta bunda
masih berputik. Bunda sadar cintaNya
akan lebih bisa membuatmu bahagia. Dia
jauh lebih mencintaimu, sayang.
Hingga Dia tak rela kau
dibius cinta dunia, karena itu la ingin kau ada di sisiNya. Bunda janji, bunda akan berusaha sekuat
tenaga untuk bisa melakukanmu lagi.
Do'akan bunda, ya nak.Bunda sayang lla, nak.
0 komentar:
Posting Komentar